Aksi Pelaku Penembakan Massal di Klub Gay Colorado Springs Dihentikan Dua Pelanggan Klub
Aksi pelaku penembakan massal di Klub Q, Colorado Springs, Colorado, dihentika dua pelanggan klub gay itu.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Daryono
Gubernur Jared Polis memerintahkan bendera diturunkan menjadi setengah tiang di semua gedung publik di seluruh negara bagian untuk menghormati para korban penembakan massal mulai Senin hingga Sabtu, menurut rilis berita dari kantornya.
"Bendera akan diturunkan selama 5 hari untuk mengenang masing-masing dari 5 orang yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tidak masuk akal ini," bunyi rilis tersebut.
"Untuk lebih menghormati dan mengingat para korban dan mereka yang terluka dalam tragedi ini, administrasi Polis-Primavera juga akan mengibarkan bendera Pride di gedung DPR negara bagian Colorado selama lima hari ke depan."
Baca juga: PROFIL Jared Polis, Sosok Gubernur Gay di Colorado, Gubernur AS Pertama yang Menikah Sesama Jenis
Penembakan itu terjadi ketika kalender beralih ke Hari Peringatan Transgender pada hari Minggu dan mengingatkan pada serangan tahun 2016 di sebuah klub malam LGBTQ di Orlando, Florida, di mana seorang pria bersenjata yang berjanji setia kepada Negara Islam menewaskan 49 orang dan melukai sedikitnya 53 orang.
Colorado telah menjadi tempat beberapa penembakan massal paling keji dalam sejarah Amerika Serikat (AS), termasuk penembakan tahun 1999 di Columbine High School dan penembakan bioskop tahun 2012 di Aurora.
Colorado Springs adalah tempat penembakan massal di Planned Parenthood pada November 2015 yang menewaskan tiga orang dan pada pesta ulang tahun tahun lalu yang menewaskan enam orang.
Menurut data dari Gun Violence Archive, telah terjadi lebih dari 600 penembakan massal di AS sepanjang tahun ini, yang didefinisikan sebagai insiden di mana setidaknya empat orang ditembak, tidak termasuk penembaknya.
Kronologi Penembakan
Joshua Thurman mengatakan bahwa dia berada di dalam klub menari ketika dia mendengar suara tembakan dan melihat kilatan moncong.
"Saya pikir itu musiknya, jadi saya terus menari," katanya.
"Kemudian saya mendengar serangkaian tembakan lagi, dan kemudian saya dan seorang pelanggan berlari ke ruang ganti, turun ke tanah dan mengunci pintu dan segera menelepon polisi."
Thurman mengatakan dia mendengar suara tembakan lagi, orang menangis dan jendela pecah.
Ketika dia keluar, dia melihat mayat tergeletak di tanah, pecahan kaca dan darah, katanya.
Kekerasan itu berlangsung hanya beberapa menit.