Banyak Warganya Menunggu Mapan Dulu, China Kini Hadapi Krisis Pernikahan
Aturan pembatasan virus corona (Covid-19), pendidikan dan biaya hidup disebut sebagai salah satu alasan utama penurunan tersebut.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Tingkat pernikahan baru tahunan China telah turun ke titik terendah dalam lebih dari tiga dekade, berkontribusi pada penurunan tingkat kelahiran di negara itu.
Hal ini dilaporkan kantor berita Yicai pada Kamis waktu setempat, mengutip data dari Biro Statistik Nasional.
Aturan pembatasan virus corona (Covid-19), pendidikan dan biaya hidup disebut sebagai salah satu alasan utama penurunan tersebut.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (3/12/2022), sekitar 11,58 juta orang mendaftarkan pernikahan pertama mereka di China pada 2021, angka ini turun 708.000 dari tahun sebelumnya.
Sejak 1985, ini adalah kali pertama humlah tahunan orang yang memasuki pernikahan pertama mereka turun di bawah angka 12 juta.
Menurut laporan tersebut, metrik yang sama memuncak dengan 23,8 juta pada 2013, namun sejak itu menurun sebesar 51,5 persen.
Baca juga: Kepolisian China Gunakan Data Ponsel Lacak Pendemo di Tengah Aksi Protes Pembatasan Covid-19
Seorang ahli Demografi di Pusat Studi Kependudukan dan Pembangunan di Universitas Renmin, Song Jian mengatakan pada Jumat kemarin bahwa penurunan tingkat pernikahan disebabkan oleh peningkatan usia.
Hal itu karena orang menikah untuk kali pertama, terutama lebih banyak akses ke pendidikan tinggi dan 'kaum muda yang mencari stabilitas profesional sebelum menikah'.
"Song menambahkan, berkurangnya kontak langsung selama pandemi Covid-19 dan mahalnya biaya membesarkan anak, juga menjadi salah satu faktor utamanya.
Pakar mengatakan penurunan angka pernikahan akan berkontribusi pada penurunan angka kelahiran di China.
Sekitar 10,6 juta bayi lahir di China tahun lalu, ini merupakan jumlah terendah sejak 1961.
Setelah beberapa dekade pembatasan jumlah anak per keluarga, pihak berwenang sekarang mendorong pasangan untuk memiliki lebih banyak bayi dalam menghadapi populasi yang menua di China dan rasio ketidakseimbangan gender yang tinggi.
Perlu diketahui, China mengakhiri kebijakan satu anak pada 2015, sehingga memungkinkan pasangan untuk memiliki dua anak.
Sejak tahun lalu, mereka diizinkan memiliki hingga tiga anak. Presiden Xi Jinping pun berjanji pada Oktober lalu untuk mengungkap serangkaian kebijakan 'proaktif' demi meningkatkan angka kelahiran dan mengatasi penuaan.