PBB Tunda Pemilihan Duta Myanmar di PBB, Khawatir soal Kedekatan Rusia dan Junta Militer Myanmar
PBB tunda pemilihan Duta Myanmar di PBB. Mereka khawatir dengan kedekatan Rusia dan militer Myanmar yang telah melakukan kudeta pada Februari 2021.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
Kedekatan Rusia dan Myanmar
Rusia secara aktif mendukung militer Myanmar.
Vladimir Putin mengundang Jenderal Min Aung Hlaing ke Rusia pada September 2022, seperti diberitakan IISS.
Putin melindungi rezim militer Jenderal Min Aung Hlaing dari sanksi Dewan Keamanan PBB, dan menyediakan senjata dan minyak bumi.
“Di luar penunjukan kembali Kyaw Moe Tun di PBB, Rusia sulit diajak bekerja sama (dalam hal mencapai konsensus di komunitas internasional untuk menekan rezim) dan secara terbuka mendukung militer Myanmar," kata Scot Marciel, mantan duta besar AS untuk Myanmar.
"China tampaknya juga mengkonsolidasikan dukungannya untuk rezim tersebut,” lanjutnya.
Min Aung Hlaing bertemu Vladimir Putin untuk pertama kalinya sejak kudeta pada September 2022 di sela-sela Forum Ekonomi Timur (EEF) yang diselenggarakan di Vladivostok, Rusia.
Delegasi dari Kementerian Sains dan Teknologi militer Myanmar bulan lalu mempelajari pembangkit listrik tenaga nuklir di Rusia dan menandatangani beberapa kesepakatan, menurut media Myanmar Than Lwin Times.
Kesepakatan ini termasuk rencana untuk membangun pusat teknologi nuklir dengan reaktor kecil di Yangon, kata militer Kapten Kaung Thu Win.
“Militer Myanmar mengatakan mereka tidak akan menggunakan (proyek) untuk membuat senjata. Namun, di luar pandangan, itu dapat menghasilkan senjata setelah pembangkit nuklir dibangun," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Demo Anti Kudeta Myanmar