Badai Salju Melanda AS Hingga Jepang, Cuaca Dingin Ekstrem Picu Kematian Puluhan Orang
Di Amerika Serikat, sekitar 60 persen warga menderita akibat cuaca musim dingin dan badai salju diperkirakan berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Dzud merupakan istilah Mongolia untuk menggambarkan musim dingin yang sangat dingin, saat sejumlah besar ternak mati karena tanah membeku atau tertutup salju.
Saat ini, sekitar 70 persen wilayah Mongolia telah tertutup lapisan salju setebal 50 cm.
Iklim Mongolia biasanya kontinental dengan musim dingin yang panjang dan dingin, suhu minus 25 derajat Celcius adalah suhu yang normal selama musim dingin.
Baca juga: Badai Salju dan Angin Kencang Melanda AS Bagian Timur, Ribuan Penerbangan Dibatalkan
Bahkan peristiwa cuaca yang tidak stabil telah menjadi hal yang biasa di negara itu sepanjang tahunnya.
Apa sebenarnya badai salju?
Badai musim dingin terkadang mengakibatkan hari bersalju, di mana kondisi cuaca membuat perjalanan dan paparan udara dingin terlalu berisiko untuk aktivitas rutin sehari-hari.
Dikutip dari laman scied.ucar.edu, Selasa (27/12/2022), badai musim dingin adalah peristiwa cuaca di mana presipitasi terutama berupa salju, hujan es, atau hujan beku.
Karena kerap ditambah dengan angin kencang dan suhu di bawah titik beku, badai musim dingin bisa saja berbahaya.
Bagaimana badai musim dingin ini terbentuk?
Badai musim dingin dimulai dengan udara lembab naik ke atmosfer, yang diperlukan untuk pembentukan awan dan presipitasi seperti jenis badai lainnya.
Naiknya udara biasa terjadi di bagian depan yang dingin, di mana udara hangat terangkat di atas udara dingin, dan juga dapat terjadi saat udara bergerak ke atas bukit atau gunung yang besar.
Sumber kelembaban, seperti hembusan udara melintasi danau atau samudra besar dan mengambil uap air tentu diperlukan agar awan dan curah hujan terbentuk.
Bahan terakhir, dan yang membuat badai musim dingin berbeda dari badai lainnya, adalah udara dingin.
Suhu udara di bawah titik beku di dekat tanah hingga ke awan akan menyebabkan curah hujan turun sebagai salju atau es.
Namun, udara yang sangat dingin tidak mampu menahan banyak kelembaban, sehingga tidak akan menghasilkan banyak salju.
Ini menjelaskan mengapa beberapa tempat terdingin di Bumi, seperti Antartika, menerima curah hujan yang sangat sedikit sepanjang tahun.