Rusia Desak NATO Adakan Pertemuan Darurat Terkait Ledakan Pipa Nord Stream
Gedung Putih telah membantah klaim yang menyebut Amerika Serikat berada di balik ledakan pipa gas Nord Stream.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mendesak NATO untuk segera mengadakan pertemuan darurat.
Desakan tersebut datang setelah sebuah laporan yang terbit baru-baru ini membahas ledakan di pipa Nord Stream yang terjadi pada September tahun lalu.
Dikutip dari Reuters, wartawan investigasi Seymour Hersh, peraih Pulitzer Prize pada 1970, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan penyelam angkatan laut AS telah menghancurkan jaringan pipa, dengan bahan peledak atas perintah Presiden Joe Biden.
Baca juga: Jejak Bahan Peledak Ditemukan di Jalur Pipa Nord Stream yang Rusak, Swedia Benarkan Terjadi Sabotase
Laporan tersebut diposting Hersh pada Rabu (8/2/2023).
Gedung Putih telah membantah klaim yang menyebut Amerika Serikat berada di balik ledakan pipa gas Nord Stream, yang mengirimkan gas Rusia ke Jerman. Gedung Putih menyebut laporan itu sebagai "benar-benar fiksi palsu dan sepenuhnya fiksi".
Swedia dan Denmark, di mana ledakan pipa tersebut terjadi di zona ekonomi eksklusif keduanya, telah menyimpulkan pipa-pipa itu diledakkan dengan sengaja, tetapi belum mengatakan siapa yang bertanggung jawab.
Amerika Serikat dan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara menyebut insiden itu sebagai "tindakan sabotase."
Sementara Rusia menyalahkan pihak Barat atas ledakan itu. Namun, belum ada pihak yang memberikan bukti atas klaim-klaim tersebut.
"Ada lebih dari cukup fakta di sini, ledakan pipa, adanya motif, bukti tidak langsung yang diperoleh wartawan," kata Zakharova di platform perpesanan Telegram.
"Jadi kapan KTT darurat NATO akan bertemu untuk meninjau kembali situasinya?," tambahnya.
NATO tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters atas desakan yang dikeluarkan Rusia untuk mengadakan pertemuan darurat.