Dikhianati AS dan Sekutunya, Vladimir Putin Keluar dari Perjanjian Nuklir New START
Presiden Rusia Vladimir Putin menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian kontrol senjata nuklir New START antara Rusia dan Amerika Serikat.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penangguhan partisipasi Rusia dalam perjanjian kontrol senjata nuklir New START antara Rusia dan Amerika Serikat (AS), Selasa (21/2/2023).
Keputusan ini diambil setelah AS dan sekutu-sekutu pakta pertahanan atlantik utara atau NATO secara terang–terangan mendukung kekalahan Rusia di Ukraina, dengan memasok tentara Kiev dengan ribuan peralatan tempur dan arteri perang.
Putin juga menuduh sekutu-sekutu NATO telah membantu Ukraina meluncurkan rangkaian serangan pesawat pengebom nuklir strategis ke pangkalan udara Rusia.
Dengan alasan ini, Putin berambisi untuk membalaskan penghianatan yang dilakukan para sekutu NATO dengan menangguhkan partisipannya dari perjanjian itu serta bersumpah akan melanjutkan perang di Ukraina hingga Rusia dapat mengibarkan bendera kemenangan.
"Mereka ingin menimbulkan kekalahan strategis kepada kita dan pada saat bersamaan ingin mendatangi fasilitas nuklir kita, hal ini yang membuat saya harus mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian START Baru." kata Putin dalam pidato nasional yang disampaikan di Moskow.
Meski Rusia menangguhkan perjanjian START, namun presiden Putin menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menarik diri dari perjanjian itu.
Pakta New START pertama kali disepakati dan ditandatangani oleh Barack Obama mantan presiden AS dan Dmitry Medvedev selaku Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia pada 2010 silam.
Baca juga: Isi Pidato Presiden Vladimir Putin: Rusia Keluar dari Perjanjian Nuklir dengan Amerika Serikat
Kesepakatan ini dibuat untuk membatasi Rusia dan AS agar tak membuat senjata nuklir dengan hulu ledak di atas 1.550 serta pengebom nuklir berkekuatan 700 rudal.
Kendati demikian, perjanjian itu membolehkan kedua pihak menginspeksi fasilitas nuklir masing-masing untuk memastikan kepatuhan.
Setelah berjalan lima tahun, Rusia dan AS kembali memperpanjang masa berlaku perjanjian itu pada Februari 2021 silam, setahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
AS Kecewa Sikap Rusia
Tak lama setelah Putin mengumumkan langkah penangguhan perjanjian nuklir, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan dia menyesali keputusan yang diambil Rusia.
“Saya sangat mendorong Rusia untuk mempertimbangkan kembali keputusannya dan menghormati perjanjian yang ada. Terlebih selama beberapa tahun terakhir, Rusia telah melanggar dan meninggalkan perjanjian pengendalian senjata utama” jelas Stoltenberg dikutip dari Politico.
Baca juga: Dipimpin Kim Jong Un, Belasan Rudal Hwasong Mejeng di Parade Nuklir Korut
Sejalan dengan Stoltenberg, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut tindakan Rusia yang menangguhkan New Start dianggap sebagai tindakan sangat mengecewakan dan tidak bertanggung jawab.