Kekerasan Terus Terjadi di Sudan Meski ada Gencatan Senjata, 61 Tewas Termasuk Pekerja PBB
Warga Sudan terus melihat kekerasan terjadi meski sudah disetujui gencatan senjata selama 3 jam untuk membuka jalur evakuasi dan kemanusiaan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: bunga pradipta p
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia berkonsultasi dengan menteri luar negeri Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Kami sepakat penting bagi pihak-pihak untuk segera mengakhiri permusuhan tanpa prasyarat," katanya dalam sebuah pernyataan Minggu pagi.
Kementerian luar negeri Prancis mengatakan dalam sebuah pernyataan:
"Paris mengulangi seruannya untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan pertempuran dan mencegah eskalasi apapun."
Blok Regional Afrika Otoritas Pembangunan Antarpemerintah (IGAD) berencana untuk mengirim presiden Kenya, Sudan Selatan dan Djibouti sesegera mungkin untuk mendamaikan kelompok-kelompok Sudan yang berkonflik, kata kantor Presiden Kenya William Ruto di Twitter.
Tentang Sudan
Sudan sudah terlibat dalam konflik terus-menerus sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1955, yang diakui secara internasional pada 1 Januari 1956.
Di utara, Sudan didominasi umat Muslim dan berbahasa Arab.
Sedangkan di selatan, masyarakat terdiri dari multi-agama dan multi-bahasa.
Wilayah itu diperintah sebagai dua Sudan yang terpisah yang untuk sebagian besar waktu berada di bawah pemerintahan Inggris.
Inggris dan Mesir bekerja sama dalam administrasi negara selama periode kolonial (1899-1856).
Dorongan modernisasi besar-besaran dilakukan di utara sementara selatan dan barat sebagian besar diabaikan.
Elit utara sejak itu bentrok dengan kelompok-kelompok di Darfur, di barat, dan selatan, yang mencari kemerdekaan untuk dirinya sendiri pada tahun 2011.
Perwira tentara di selatan memberontak tahun itu, menganggap elit utara telah mengingkari janji yang dibuat selama tawaran kemerdekaan.