Sudan Selatan: Para Pemimpin Faksi Konflik Sudan Setuju Gencatan Senjata Tujuh Hari
Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan dalam sebuah pernyataan pada Selasa kemarin.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, dua faksi yang bertikai di Sudan ini telah menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari.
Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan dalam sebuah pernyataan pada Selasa kemarin.
Baca juga: PBB: Perang Saudara di Sudan Bisa Picu Lonjakan Pengungsi hingga 800.000 Orang
"Kedua belah pihak juga mengatakan bahwa mereka akan mengirimkan perwakilan untuk melakukan pembicaraan damai 'yang akan diadakan di tempat yang disepakati sesuai pilihan mereka," jelas kementerian tersebut.
Kendati demikian, SAF maupun RSF belum menanggapi laporan tersebut di saluran resmi mereka.
Gencatan senjata sebelumnya gagal menghentikan pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing di berbagai wilayah di Sudan.
Dikutip dari laman CNN, Rabu (3/5/2023), negosiasi yang gagal antara Kepala tentara Sudan Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo pecah menjadi bentrokan sengit antara kedua belah pihak pada pertengahan April lalu.
Hal ini memicu eksodus massal pengungsi dari negara yang dilanda konflik dan menyebabkan kematian sedikitnya 528 orang itu.
Pengumuman pada Selasa kemarin disampaikan setelah badan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) (UNHCR) memperingatkan lebih dari 800.000 orang dapat melarikan diri ke negara-negara tetangga, karena kekerasan yang sedang berlangsung menghambat konvoi evakuasi dari pelabuhan-pelabuhan utama di Sudan.
"Dalam konsultasi dengan semua pemerintah dan mitra terkait, kami telah mencapai angka perencanaan 815.000 orang yang mungkin melarikan diri ke tujuh negara tetangga," kata Asisten Komisaris tinggi UNHCR untuk operasi, Raouf Mazou pada Senin lalu.
Ia menyebut bahwa diperkirakan 73.000 orang telah melarikan diri dari Sudan ke negara tetangga.
Perlu diketahui, ribuan warga negara asing telah melarikan diri dari negara itu saat kekuatan Barat turun tangan untuk mengevakuasi warganya sendiri.
Sementara ribuan keluarga lokal lainnya telah mengambil risiko perjalanan berbahaya dari ibu kota Sudan, Khartoum, karena mereka harus berjuang sendiri menyelamatkan diri masing-masing.