Senat AS Lindsey Graham Sebut Rusia Sekarat di Perang Ukraina, Kini Jadi Buronan Kremlin
Senat AS Lindsey Graham sebut Rusia sekarat di Perang Ukraina. Lindsey Graham kini menjadi buronan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham berada dalam daftar buronan Rusia menurut informasi database Kementerian Luar Negeri Rusia terbaru pada Senin (29/5/2023).
Keputusan Rusia ini dilatarbelakangi oleh pernyataan Lindsey Graham saat mengunjungi Kyiv, Ukraina, pada Jumat (26/5/2023).
Awalnya, kantor kepresidenan Ukraina merilis video yang telah diedit dari pertemuan antara Lindsey Graham dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari itu.
Video itu menunjukkan Lindsey Graham berkata, "Rusia sedang sekarat."
"Dukungan AS adalah uang terbaik yang pernah kami habiskan," katanya.
Setelah Rusia mengkritik komentar itu, Ukraina merilis video lengkap dari interaksi tersebut, yang menunjukkan kedua komentar Lindsey Graham itu tidak terkait.
Pada Minggu (28/5/2023), Komite Investigasi Rusia mengatakan sedang membuka penyelidikan kriminal atas komentar Lindsey Graham, tanpa merinci kejahatan apa yang dituduhkan kepadanya, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Negara Barat Tetap Impor Migas Rusia Lewat Jalur Rahasia
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pujian Graham atas dukungan keuangan AS terkait dengan komentarnya bahwa Rusia sedang sekarat.
“Sulit membayangkan rasa malu yang lebih besar bagi suatu negara daripada memiliki senator seperti itu,” kata Dmitry Peskov.
Lindsey Graham Bantah Tuduhan Rusia
Baca juga: Rusia Lancarkan Serangan Udara ke Kyiv saat Ibu Kota Ukraina Itu Peringati Hari Ulang Tahunnya
Lindsey Graham membantah kritik Rusia atas dukungannya untuk Ukraina.
Ia mengatakan, dia memuji semangat Ukraina dalam melawan invasi Rusia dengan bantuan AS.
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev juga mengkritik anggota partai Republik AS berusia 67 tahun itu.
"Senator Lindsey Graham yang bodoh mengatakan Amerika Serikat tidak pernah menghabiskan uang sesukses untuk membunuh orang Rusia," kata Medvedev.