Gadis Berusia 11 Tahun jadi Korban Serangan Rudal Rusia ke Ukraina, Tewas Bersama Ibunya
Seorang gadis berusia 11 tahun menjadi korban serangan rudal Rusia ke Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Serangan rudal itu dilancarkan melalui drone.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
Dia menambahkan bahwa akan menjadi kepentingan anggota NATO untuk memberikan jaminan tersebut, sementara Kyiv menunggu persetujuan untuk bergabung dengan aliansi militer Barat.
Baca juga: Rusia Klaim Telah Hancurkan Kapal Perang Terakhir Ukraina
Prancis dan kekuatan Barat lainnya telah memberikan bantuan militer senilai miliaran dolar ke Ukraina sejak konflik dengan Rusia dimulai pada Februari 2022.
Namun, mereka berhenti menawarkan perlindungan menyeluruh yang diberikan kepada anggota NATO.
Pasal 5 perjanjian pendirian blok menetapkan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota.
"Kita harus membangun sesuatu antara keamanan yang diberikan kepada Israel dan keanggotaan penuh," kata Macron.
Presiden Prancis, yang pernah menggambarkan aliansi yang berbasis di Brussel itu sebagai "mati otak", mengatakan bahwa krisis Ukraina telah "menyentuh NATO".
Baca juga: Perbatasan Rusia-Ukraina Memanas, Kremlin akan Evakuasi Ratusan Anak dari Belgorod
Macron meminta anggota blok untuk "mengintensifkan" bantuan militer ke Kyiv, sehingga memiliki semua yang dibutuhkan untuk serangan balasan yang efektif terhadap pasukan Rusia.
Meskipun mengakui bahwa kontribusi AS telah menjadi kunci dalam memungkinkan Ukraina mempertahankan diri, Macron berpendapat bahwa Eropa harus membangun industri pertahanannya sendiri daripada mengandalkan Washington untuk perlindungan.
"Mari kita bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat, tetapi apakah pemerintahan ini selamanya ada? Itulah mengapa pilar pertahanan Eropa dalam NATO sangat diperluka," kata Macron.
(Tribunnews.com/Whiesa)