Kontroversi Benjamin Netanyahu, PM Israel yang Kini Berjuang Melawan Maut dengan Alat Pacu Jantung
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikenal sebagai salah satu pemimpin sayap kanan paling kejam dalam sejarah Israel.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Hillary Clinton yang menjabat sebagai Menteri Luan Negeri AS saat itu mengatakan bahwa langkah Israel 'menghina' upaya perdamaian, ia pun menyerukan Netanyahu untuk menghentikannya.
Netanyahu pun meminta maaf atas waktu pengumuman yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri Israel. Namun ia juga mengindikasikan tidak berniat menghentikan pembangunan tersebut.
Dalam pidatonya di parlemen, Netanyahu mengatakan pembangunan 'akan berlanjut di Yerusalem seperti yang telah terjadi selama puluhan tahun terakhir'.
Dalam Pusaran Krisis Politik Israel
Pada 2022, Benjamin Netanyahu dipecat dari jabatannya pada musim panas lalu oleh koalisi luas yang dipersatukan ketidaksukaan mereka terhadap pemimpin Likud yang konservatif.
Krisis politik Israel yang terjadi sejak 2019 dipicu oleh adanya tuduhan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan terhadap Netanyahu, yang tugas terakhirnya sebagai Oerdana Menteri berlangsung selama 12 tahun.
Ia membantah semua tuduhan dalam persidangan korupsi yang sedang berlangsung, tetapi kasus tersebut telah mempolarisasi masyarakat Israel.
Bagi para pendukungnya yang bersemangat, 'King Bibi' adalah pemimpin yang kuat dan teruji yang dituntut secara tidak adil oleh lembaga yang bias.
Sedangkan bagi para pembencinya, fitnahnya terhadap sistem peradilan telah merongrong kepercayaan pada institusi publik dan supremasi hukum.
Ini membuka jalan bagi kebangkitan sekutu sayap kanan barunya, partai Zionis Religius, yang menggandakan jumlah kursinya.
Banyak dari seluruh spektrum politik berharap pria berusia 73 tahun itu pada akhirnya akan berhenti membela negara yang terpecah secara politik tersebut.
Namun Benjamin Netanyahu tidak akan pernah menyerah.
Kali ini, ide-ide radikalnya mengusir warga Israel Palestina yang 'tidak loyal' dan mencaplok Tepi Barat yang diduduki telah disambut dengan antusiasme dari publik sayap kanan Israel yang semakin meningkat.
Ia kembali menjabat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Naftali Bennet yang sempat sesaat menempati posisi itu.
Saat ini, memasuki usia senjanya, Benjamin Netanyahu harus berjuang mempertahankan hidup dari ancaman kematian dengan mengandalkan alat pacu jantung yang dipasang tim dokter pada Minggu dini hari tadi.