Negara Lagi Perang Lawan Rusia, Pria Ini Jual Wanita Ukraina Butuh Uang Jadi PSK ke Israel
Perang lawan Rusia membuat ekonomi Ukraian sulit. Banyak wanita Ukraina butuh uang dan terpaksa menerima tawaran menjadi PSK di Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Negara Lagi Perang Lawan Rusia, Pria Ini Jual Wanita Ukraina Butuh Uang Jadi PSK ke Israel
TRIBUNNEWS.COM - Situasi perang yang dialami Ukraina saat menghadapi invasi Rusia membuat perekonomian warganya menjadi sulit.
Kesulitan ekonomi ini menjadi celah bagi pelaku kejahatan perdagangan orang untuk meraup keuntungan.
Terbaru, situs Polisi Nasional Ukraina (NPU) dikutip outlet Ukraina Pravda, menciduk seorang pria yang diduga menjadi pelaku perdagangan manusia.
Baca juga: Serangan Balik Ukraina ke Rusia Gagal, Zelensky Punya 2 Pilihan Mustahil: Menyerah atau Kalah Telak
Pria tersebut ditangkap di Oblast Kyiv.
Tersangka diduga mengeksploitasi kondisi wanita Ukraina yang rentan dan sangat membutuhkan uang untuk direkrut untuk menjajakan jasa prostitusi di Israel.
"NPU mengatakan pelaku, seorang pria, 41, memposting iklan di saluran Telegram yang menargetkan wanita Ukraina berusia 18 hingga 35 tahun untuk melibatkan mereka dalam prostitusi di Israel," tulis laporan tersebut.
Penghasilan dari aksi perdagangan manusia ini terbilang menggiurkan di tengah kondisi sulit Ukraina yang tengah dibelit perang.
Dilaporkan, penghasilan harian tersangka mencapai lebih dari 1.500 dolar AS atau sekitar Rp 22,9 juta.
Pelaku juga membantu pengurusan dokumen perjalanan para wanita yang dia rekrut ke luar negeri.
"Petugas Departemen Kepolisian Migrasi di salah satu pos pemeriksaan perbatasan di Oblast Lviv telah mencegah seorang warga negara Ukraina diperdagangkan dengan tujuan menyediakan layanan seksual," tulis NPU dilansir Ukraina Pravda.
Dari pengembangan, kepolisian Ukraina melakukan tiga penggeledahan dan menyita uang tunai, kartu bank, buku catatan dengan draf, dan bukti lainnya.
"Pria itu didakwa atas kejahatan perdagangan manusia. Dia menghadapi hukuman 12 tahun penjara," tulis laporan tersebut.
(oln/Ukraina Pravda/yahoo/*)