Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gempa Afghanistan, Upaya Penyelamatan Berpacu dengan Waktu, Banyak Korban Terkubur Reruntuhan

Tim SAR dan relawan berpacu dengan waktu untuk meggali korban selamat dan jenazah di daerah yang paling parah terkena dampak gempa.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
zoom-in Gempa Afghanistan, Upaya Penyelamatan Berpacu dengan Waktu, Banyak Korban Terkubur Reruntuhan
AFP/MOHSEN KARIMI
Seorang pria Afghanistan berdiri di dekat rumah yang rusak pasca gempa bumi di desa Sarbuland, distrik Zendeh Jan, provinsi Herat pada 8 Oktober 2023. Korban tewas akibat serangkaian gempa bumi di Afghanistan barat kembali meningkat tajam pada 8 Oktober menjadi lebih dari 2.000 orang, dengan hampir 10.000 orang terluka, ketika petugas penyelamat menggali desa-desa yang rata dengan tanah untuk mencari tanda-tanda kehidupan yang hilang. Lebih dari 1.300 rumah roboh ketika gempa berkekuatan 6,3 skala richter diikuti oleh delapan gempa susulan yang kuat mengguncang daerah yang sulit dijangkau 30 kilometer (19 mil) barat laut ibu kota provinsi Herat, menurut para pejabat. 

"Palang Merah juga mengakui ada kebutuhan mendesak akan layanan darurat, serta kebutuhan dasar lainnya," kata Mghendi.

Selain itu, tempat berlindung yang aman adalah masalah yang paling mendesak.

Kurangnya Dukungan Internasional

Terlepas dari skala tragedi yang terjadi, hanya ada sedikit dukungan atau bantuan internasional yang ditujukan kepada Afghanistan.

Sejak berada di bawah pemerintahan Taliban, Afghanistan semakin terisolasi secara politik.

Negara ini sudah menghadapi krisis kemanusiaan karena berkurangnya bantuan luar negeri secara signifikan dari negara-negara Barat sejak pengambilalihan Taliban pada tahun 2021.

Layanan darurat sangat terkena dampaknya.

Baca juga: Korban Tewas Akibat Gempa Bumi di Afghanistan Kini Mencapai 2.445 Orang

Berita Rekomendasi

Organisasi-organisasi kemanusiaan yang bekerja di Herat juga khawatir dengan musim dingin yang semakin dekat.

Seorang petani bernama Ahmad, yang telah kehilangan rumah dan mata pencahariannya mengaku tidak punya atap untuk tidur dan cuaca semakin dingin.

Anggota keluarganya kedingingan, tetapi tidak ada yang bisa menolong.

“Kami butuh bantuan,” pintanya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

 
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas