Usir Warga Gaza ke Sinai, IDF: Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Militer Mesir di Perbatasan Rafah
Israel melanjutkan upayanya untuk memindahkan paksa 2,3 juta penduduk Gaza ke Sinai, Mesir. Tank Militer mereka menembak pos Mesir
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Usir Warga Gaza ke Sinai, IDF: Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Militer Mesir di Perbatasan Rafah
TRIBUNNEWS.COM - Tank Israel dilaporkan menembakkan peluru yang menghantam sebuah pos militer Mesir di dekat perbatasan Rafah antara Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir.
Klaim IDF, militer Israel, dalam sebuah pernyataan Minggu (22/10/2023), mengatakan tembakan tank ke pos militer Mesir itu dilakukan secara tidak sengaja
“Beberapa waktu lalu, sebuah tank IDF secara tidak sengaja menembak dan menghantam pos Mesir yang berdekatan dengan perbatasan di kawasan Kerem Shalom. Insiden ini sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau,” kata pernyataan itu.
Baca juga: Hizbullah Merangsek dari Lebanon, Israel Mulai Evakuasi Permukiman di Perbatasan Utara
IDF juga menyebut menyesalkan dan menyampaikan kesedihan atas insiden tersebut.
Dilansir Reuters, sebuah ledakan dan suara ambulans terdengar di dekat penyeberangan Rafah pada Minggu sore, tak lama setelah konvoi bantuan kedua memasuki penyeberangan dari sisi Mesir.
Para saksi mata, kepada Reuters, menyebut konvoi bantuan tersebut terdiri dari 19 truk yang membawa perbekalan medis dan makanan.
Konvoi pertama yang terdiri dari 20 truk berisi pasokan vital yang sangat dibutuhkan telah memasuki Gaza pada hari Sabtu melalui Rafah.
Baca juga: Hamas Lepas Sandera Warga Negara AS, Bantuan Kemanusiaan Mulai Mengalir ke Gaza Melalui Mesir
Menyusul serangan mendadak Hamas melalui darat, laut, dan roket terhadap permukiman di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan "pengepungan total" di Jalur Gaza.
Militer Israel menggempur daerah kantong yang padat penduduk dan terkepung itu dengan serangan udara dan menutupnya dari makanan, bahan bakar, dan pasokan lainnya.
“Kami melakukan pengepungan total terhadap Gaza… Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas – semuanya ditutup,” kata Gallant dalam pesan video, mengacu pada Gaza, daerah kantong yang dipenuhi 2,3 juta orang.
“Kami memerangi 'animal human' dan bertindak sesuai dengan hal tersebut,” kata Gallant dalam bahasa Ibrani.
Jalur dan Bantuan di Perbatasan Rafah Dibom
Sejak blokade Israel terhadap Gaza itu, Mesir berupaya mengatur pengiriman bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah, yang salah satu sisinya dikontrolnya.
Sumber-sumber Palestina di penyeberangan Rafah mengatakan pasukan Israel mengebom jalan menuju penyeberangan tersebut dua kali, pada 10 dan 11 Oktober, untuk mencegah Mesir mengirimkan bantuan kemanusiaan.
“Setelah pemboman awal, tim pemeliharaan memperbaiki jalan, namun pasukan Israel kemudian mengebom jalan itu lagi, sehingga mengharuskan evakuasi semua tim yang bekerja di persimpangan,” kata sumber tersebut kepada Al-Ahram Online Mesir.
Selain itu, Ahram Online melaporkan kalau outlet media Israel N12 melansir pemberitaan yang menyebut Israel memberi tahu Mesir bahwa mereka akan mengebom setiap truk bantuan yang memasuki Gaza melalui Rafah.
Pada 19 Oktober, Israel mengatakan akan mengizinkan Mesir untuk memberikan bantuan kemanusiaan terbatas ke Jalur Gaza, di tengah kritik internasional atas pemboman Israel terhadap Rumah Sakit Baptis Al-Ahli sehari sebelumnya.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan keputusan itu disetujui setelah ada permintaan dari Presiden AS Joe Biden.
Dikatakannya kalau Israel “tidak akan menghalangi bantuan kemanusiaan dari Mesir selama bantuan tersebut hanya berupa makanan, air dan obat-obatan.”
Namun, Israel menolak mengizinkan pengiriman bahan bakar, yang sangat dibutuhkan untuk menjaga fungsi rumah sakit di Gaza yang kewalahan.
Usir Warga Gaza ke Semenanjung Sinai
Ketika krisis kemanusiaan di Gaza memburuk, pemerintah Mesir khawatir akan upaya Israel untuk mengusir paksa warga Palestina ke Semenanjung Sinai Mesir.
Pada tanggal 17 Oktober, mantan Duta Besar Israel untuk AS Danny Ayalon menyatakan kepada Sky News, “Warga Gaza harus mengungsi dan pergi ke wilayah luas di sisi lain Rafah di perbatasan Sinai di Mesir… dan Mesir harus menerima mereka.”
Sebagaimana dicatat oleh jurnalis independen, Sharif Abdel Koudous, ide memukimkan kembali warga Palestina di Gaza ke Sinai bukanlah hal baru.
Pada pertengahan tahun 1950-an, PBB menyusun rencana untuk memindahkan ribuan pengungsi Palestina di Gaza ke wilayah barat laut Sinai, sebuah proyek yang disambut dengan kemarahan masyarakat Arab dan dihancurkan dalam pemberontakan massal.
"Setelah Naksa tahun 1967 (perang enam hari, di mana pasukan Israel merebut Yerusalem Timur dan wilayah Palestina, termasuk Gaza), rencana Allon, yang dirancang oleh politisi Israel Yigal Allon, membayangkan Jalur Gaza akan dianeksasi ke Israel,” tulisnya.
(oln/sky/tc/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.