Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masih Pendarahan Usai Persalinan, Salma Radi Mengungsi demi Selamatkan Bayi ke Gaza Tengah

Salma dan suami kini tinggal di sebuah apartemen kecil bersama 43 warga Gaza lainnya yang sewaktu-waktu juga bisa jadi sasaran serangan udara Israel.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in Masih Pendarahan Usai Persalinan, Salma Radi Mengungsi demi Selamatkan Bayi ke Gaza Tengah
MOHAMMED ABED / AFP
Warga Gaza membawa beberapa barang yang dimiliki menuju Gaza tengah melalui Jalan Salah al-Din dalam perjalanan menuju Gaza bagian selatan yang menjadi daerah kantong Palestina pada tanggal 5 November 2023. Selebaran yang dijatuhkan dari pesawat oleh tentara Israel pada 5 November menyuruh warga Kota Gaza untuk mengungsi ke selatan antara pukul 10 pagi (0800 GMT) dan 14:00 (1200 GMT), sehari setelah seorang pejabat AS mengatakan setidaknya 350.000 warga sipil masih berada di dalam dan sekitar kota yang sekarang menjadi zona perang kota di Gaza. 

“Untuk mendapatkan sekantong roti, kami harus bangun subuh dan berjalan kaki sekitar 60 menit untuk mencapai satu-satunya toko roti yang masih belum dibom di daerah kami,” ujarnya.

Seorang warga Palestina memegang jenazah seorang anak yang terbungkus kain kafan sementara orang lain bereaksi di sampingnya, di luar rumah sakit setelah pemboman Israel di pinggiran timur Kota Gaza, Shujaiya pada 4 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas.
Seorang warga Palestina mengangkat jenazah seorang anak yang terbungkus kain kafan sementara orang lain bereaksi di sampingnya, di luar rumah sakit setelah pemboman Israel di pinggiran timur Kota Gaza, Shujaiya pada 4 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (DAWOOD NEMER / AFP)

“Kami menunggu dalam antrian di mana ratusan orang, yang datang dari seluruh distrik di sekitar Jalur Gaza, berdiri, dan setelah sekitar dua atau tiga jam kami akhirnya mendapatkan satu kantong roti.”

Karena kurangnya tepung, air, dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin dan memanggang roti, pemilik toko roti kini hanya menjual satu kantong roti kepada setiap orang untuk memenuhi kebutuhan sebanyak mungkin keluarga.

Keluarga yang membutuhkan lebih dari satu tas harus mengirimkan beberapa anggotanya untuk mengantri di luar toko roti dan membeli masing-masing satu tas.

“Tentu saja kami tidak memasak karena kami tidak mempunyai gas untuk memasak, air dan sayuran yang cukup. Jadi kami hanya mengandalkan makanan kaleng. Tapi makanan kaleng membutuhkan banyak roti, jadi kami selalu berada dalam dilema yang tak ada habisnya memikirkan apa yang harus dimakan. dan apa yang harus diberikan kepada anak-anak,” tutur Salma Radi.

“Karena tidak ada air, kami memandikan anak-anak hanya dengan tisu basah. Mereka mulai alergi dan infeksi kulit karena kondisi sanitasi yang buruk," lanjutnya.

“Setiap hari kami mengatakan bahwa hal ini akan segera berakhir, namun keadaannya malah bertambah buruk. Setiap hari kami mengatakan bahwa mereka tidak akan menargetkan tempat-tempat di sekitar kami, namun mereka mengebom lebih banyak rumah di lingkungan kami.

Berita Rekomendasi

"Kami tidak menyangka akan mengalami hal buruk yang menjadi mimpi terburuk kami," ungkapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas