Profil Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang Kena Bom Israel di Dekat Area Medis
Berikut ini profil Rumah Sakit Indonesia yang terkena bom Israel di dekat area medis dan alami kerusakan. Ada 20 orang tewas dan puluhan terluka.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
Satu tahun menunggu izin masuk Gaza oleh Israel, tim MER-c bersama aktivis dari berbagai negara, menaiki kapal Misi Freedom Flotilla (Armada Pembebasan Gaza) milik organisasi IHH Turki, "Mavi Marmara".
Pada 31 Mei 2010, kapal tersebut diserang oleh Israel, yang menewaskan 9 aktivis meninggal dunia dan puluhan terluka.
Aktivis lain, termasuk tim MER-c ditangkap dan ditahan oleh Israel.
Baca juga: Respons Kemlu RI Terkait Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dituding Israel Jadi Markas Kelompok Hamas
Rencana pembangunan Rumah Sakit Indonesia hampir gagal, sebelum akhirnya pada Juli 2010, tim MER-c mendapat dukungan dari masyarakat internasional yang mengecam insiden penyerangan Israel di kapal tersebut.
Pada Juli 2010, tim MER-c yang terdiri dari dokter dan insinyur menjelaskan desain Rumah Sakit Indonesia kepada Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah dan Menkes Palestina di Gaza, dr. Bassim Naim.
Sulitnya akses masuk ke Gaza, mendorong aktivis Asia yang tergabung dalam "Asian People's Solidarity for Palestine" melakukan konvoi "Asian Solidary Caravan for Gaza" pada 2 Desember 2010 hingga 6 Januari 2011 yang diikuti 160 aktivis dari 13 negara di Asia.
Mereka mencapai Gaza pada 2 Januari 2011 setelah terkendala izin Israel untuk masuk ke sana.
Setelah itu, lima relawan Indonesia menetap di Gaza untuk membantu pembangunan Rumah Sakit Indonesia.
Dengan bertambahnya 5 relawan, jumlah keseluruhan relawan Indonesia yang bertugas di Gaza untuk mengawal program Pembangunan RSI menjadi 7 orang.
Mereka adalah Abdillah Onim, Ir. Nur Ikhwan Abadi, Ir. Edy Wahyudi, Ir. Ahmad Fauzi, Abdurrahman, Darusman dan Muhammad Husein.
Pembangunan Rumah Sakit Indonesia berlangsung pada tahun 2011-2014.
Sejak kedatangan Tim relawan MER-C akhir Oktober lalu, para relawan harus mulai terbiasa dengan suara bom dan rudal Israel.
Baca juga: Kesaksian MER-C di Rumah Sakit Indonesia Gaza: Rawat 3.000 Korban Luka, Jadi Posko 2.000 Pengungsi
Sebagai wilayah okupasi, serangan bom dan rudal adalah hal biasa, walaupun tidak bersifat masif.
Begitupun dengan drone dan pesawat jet F-16 Israel yang selalu berputar-putar di langit Gaza.
Pada tahun 2014, sebanyak 19 relawan Indonesia kembali ke tanah air setelah bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kini, Rumah Sakit Indonesia di Gaza menjadi salah satu rumah sakit besar yang ada di Jalur Gaza untuk membantu masyarakat Palestina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel