39 Bayi Kritis Akibat Israel Blokade Listrik di Rumah Sakit Al-Shifa Gaza
Pasukan militer Israel meningkatkan blokade dan serangan ke sejumlah rumah sakit besar yang dicurigai sebagai markas persembunyian militan Hamas.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Nasib 39 bayi prematur yang ada di unit perawatan intensif neonatal berisiko kehilangan nyawa, usai Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza berhenti beroperasi lantaran kehabisan bahan bakar untuk menyalakan mesin inkubator.
Pengumuman tersebut disampaikan direktur RS Al-Shifa, Mohammed Abu Salmiya setelah beberapa hari terakhir Pasukan militer Israel meningkatkan blokade dan serangan ke sejumlah rumah sakit besar yang dicurigai sebagai markas persembunyian militan Hamas.
“Kami telah kehilangan dua bayi, sementara 39 bayi lainnya berisiko meninggal karena kekurangan rumah sakit kesulitan menyediakan listrik ke inkubator sehingga bayi – bayi tidak bisa mendapatkan suhu hangat dan aliran oksigen konstan,” kata Abu Salmiya, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Masih Ada WNI yang Tinggal di Gaza, Keluarga di Indonesia Harap-harap Cemas
Mencegah bertambahnya jumlah korban meninggal akibat blokade listrik dan bahan bakar, kini para perawat medis di RS Al-Shifa Gaza harus menggunakan metode primitif untuk menjaga bayi – bayi tetap hidup.
Situasi yang mendesak juga memaksa para staf untuk menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka.
Ada pula staf yang membungkus luka bakar besar dengan pakaian alih-alih perban. Bahkan para dokter di RS menggunakan senter di HP mereka untuk menambah cahaya saat menangani pasien.
RS Al-Shifa Dicurigai Simpan Solar Untuk Hamas
Tak hanya memperketat blokade belakangan pasukan Israel juga turut meningkatkan serangan di sekitar RS Al-Shifa Gaza dengan menerjunkan pesawat tak berawak hingga tank tempur.
Menurut informasi yang beredar serangan tersebut dilakukan Israel usai munculnya berita hoax yang menyebut RS Al-Shifa Gaza sebagai pusat penyimpanan solar bagi militan Hamas.
Meski pihak rumah sakit telah membantah keras tuduhan tersebut, namun hal itu tak lantas melemahkan serangan Israel.
"Satu keluarga mencoba meninggalkan kompleks tersebut dan ketika mereka meninggalkan gerbang luar, mereka semua terbunuh," kata Mustafa Sarsour, jurnalis yang tersisa di rumah sakit tersebut.
"Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan kompleks rumah sakit karena pertempuran sengit ini," tambah Sarsour.