Pernyataan Kontroversial Gila Gamliel Sebut Gaza Masalah tanpa Jawaban, Hamas: Israel Berlaku Kejam
Menteri Intelijen Israel, Gila Gamliel, mengeluarkan pernyataan kontroversial, menyebut Gaza adalah masalah tanpa jawaban.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.com - Lagi-lagi pihak Israel melontarkan pernyataan kontroversial terkait situasi di Jalur Gaza.
Menteri Intelijen Israel, Gila Gamliel, mengatakan tidak seharusnya masyarakat internasional mendanai pembangunan kembali di Jalur Gaza yang hancur akibat eskalasi militer meningkat sejak 7 Oktober 2023.
Alih-alih membangun kembali Gaza, Gila justru mendorong agar warga Palestina mendirikan pemukiman kembali secara sukarela ke luar wilayah kantong itu dengan alasan kemanusiaan.
Dikutip Al Arabiya dari The Jerusalem Post, Gila mengatakan bahwa "daripada menyalurkan uang untuk membangun kembali Gaza atau ke UNRWA yang gagal, komunitas internasional dapat membantu biaya pemukiman kembali, membantu masyarakat Gaza membangun kehidupan baru di negara (tempat) baru mereka."
"Gaza telah lama dianggap sebagai masalah tanpa jawaban," tulis dia.
Baca juga: Anggota Parlemen Israel Serukan agar IDF Musnahkan Gaza, tapi Pesannya Langsung Dihapus
"Kita harus mencoba sesuatu yang baru, dan kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk membantu mewujudkannya."
Menurut Gila, membangun pemukiman kembali bagi warga Gaza di wilayah lain, adalah solusi yang menguntungkan.
"Ini bisa menjadi solusi yang saling menguntungkan: kemenangan bagi warga sipil Gaza, bisa mencari kehidupan yang lebih baik dan kemenangan bagi Israel setelah tragedi ini."
Menanggapi pernyataan Gila, perwakilan Hamas yang berbasis di Beirut, Osama Hamdan, menuduh Israel melakukan “kekejaman dengan tujuan mempercepat perpindahan warga Palestina”.
Apa yang disampaikan Gila ini sangatlah kontroversial di dunia Arab.
Hal ini mengingatkan pada pendudukan yang berujung berdirinya negara Israel 75 tahun silam, yang kemudian memicu eksodus atau pengungsian paksa terhadap 760 ribu warga Palestina.
Peristiwa itu dikenal sebagai Nakba atau "bencana".
Kementerian Perumahan Gaza mengatakan lebih dari 40 persen rumah rusak atau hancur dalam lima minggu terakhir sejak eskalasi militer meningkat pada 7 Oktober 2023 lalu.
Diketahui, Gila bukanlah satu-satunya orang pemerintahan Israel yang mengeluarkan pernyataan kontroversial.
Sebelumnya, anggota yang juga Wakil Ketua Knesset (Parlemen Israel), Nissim Vaturi, menyerukan tentara Israel untuk "memusnahkan Gaza".
Seruan ini disampaikan Vaturi pada Sabtu (18/11/2023), lewat media sosial.
Tetapi, pesan itu kemudian dihapus setelah kabinet perang Israel menyetujui masuknya dua truk bahan bakar per hari ke Gaza, untuk mencegah runtuhnya sistem pengolahan limbah yang berisiko menimbulkan wabah penyakit massal.
"Semua kekhawatiran mengenai apakah ada internet di Gaza atau tidak, menunjukkan kita tidak belajar apapun."
"Kami (Israel) terlalu manusiawi. Musnahkan Gaza sekarang juga!" kata dia lewat media sosial, dikutip Al Arabiya dari Times of Israel.
Baca juga: Bicara Pembantaian oleh Israel pada Warga Gaza, Abu Salem: Hidup atau Mati, Menyerah Bukan Pilihan
"Jangan izinkan bahan bakar masuk, jangan izinkan air masuk, sampai para sandera dikembalikan!"
Menteri Warisan Budaya, Amihai Eliyahu, juga sebelumnya mengeluarkan pernyataan kontroversial yang berbuntut skors dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Pada awal bulan ini, Eliyahu mengatakan salah satu pilihan Israel dalam perang melawan Hamas adalah dengan menjatuhkan bom nuklir di Jalur Gaza.
Netanyahu segera menyangkal pernyataan Eliyau itu dan men-skors sang menteri dari rapat kabinet.
Kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan, "Pernyataan Menteri Amihai Eliyahu tidak didasarkan pada kenyataan."
"Israel dan IDF beroperasi sesuai standar tertinggi hukum internasional untuk menghindari kerugian bagi orang yang tidak bersalah."
"Kami akan terus melakukannya (menyerang Gaza) sampai kemenangan kami."
Kenangan soal Nakba
Eskalasi militer yang meningkat antara Israel-Hamas telah memasuki minggu ketujuh.
Israel mengklaim Hamas telah membunuh sekitar 1.200 orang - banyak warga sipil di antaranya - dan menyandera sekitar 240 warga mereka, saat menyerbut perbatasan Gaza yang dimiliterisasi.
Sementara itu, serangan Israel tanpa henti telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Gaza, menurut Hamas.
Jalur Gaza sebagian besar dihuni oleh pengungsi Palestina dan keturunan mereka.
UNRWA mengatakan lebih dari 1,6 juta orang terpaksa mengungsi akibat pertempuran yang terjadi saat ini.
Gerakan massal ini telah membangkitkan kenangan akan Nakba, dan beberapa politisi Israel telah mengusulkan untuk mendorong warga Palestina ke negara tetangganya, Mesir, sebuah gagasan yang ditolak oleh Kairo.
Baca juga: Daftar Produk Israel dan Pendukung Zionis dalam Genosida di Gaza Palestina, Kini Diboikot
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengatakan “orang-orang harus bisa tinggal di Gaza, rumah mereka.”
Sementara, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memperingatkan Blinken, mengusir penduduk Gaza berarti “Nakba kedua”.
Perjanjian Oslo tahun 1993 dimaksudkan untuk mewujudkan negara Palestina merdeka, namun perundingan perdamaian Israel-Palestina terhenti sejak 2014.
Presiden AS, Joe Biden, mengatakan, dalam sebuah opini yang diterbitkan pada Sabtu (18/11/2023), bahwa Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel, harus “disatukan kembali” di bawah Otoritas Palestina yang baru.
Rangkuman Terbaru Israel-Hamas
Dikutip dari Al Jazeera, berikut ini rangkuman terbaru mengenai situasi Gaza selama beberapa jam terakhir per Senin (20/11/2023) dini hari:
- Kementerian Kesehatan Gaza, Mounir el-Boursh, membantah pernyataan Israel tentang terowongan yang diduga ditemukan di RS al-Shifa.
Boursh menyebut klaim Israel itu sebagai "kebohongan murni".
- Militer Israel sebelumnya mengatakan telah menemukan terowongan sepanjang 55 meter (180 kaki) dan kedalaman 10 meter (32 kaki) di bawah RS al-Shifa.
- Sebanyak 31 bayi yang baru lahir dievakuasi dari RS al-Shifa ke RS Tal al-Sultan di Rafah. Mereka akan dibawa ke Mesir pada Senin, menurut Direktur Rumah Sakit Gaza, Mohamed Zaqut.
- Komite Perlindungan Jurnalis mengatakan 48 jurnalis dan pekerja media, telah terbunuh sejak awal konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023.
Komite itu menambahkan, 37 orang adalah warga Palestina, empat orang Israel, dan satu orang Lebanon.
- AS telah meminta pemberontak Houthi untuk melepaskan kapal dan awal kapal Galaxy Leader yang ditangkap di Laut Merah.
Negeri Paman Sam itu menyebut penyitaan tersebut sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional".
Baca juga: Temuan Terbaru: Selain Hamas, Militer Israel Ikut Tembaki Ribuan Warganya yang Hadiri Festival Musik
- Israel menggambarkan penyitaan kapal itu sebagai "tindakan terorisme Iran" yang mempunyai konsekuensi terhadap keamanan maritim internasional.
- Menteri Intelijen Israel, Gila Gamliel, mengatakan masyarakat internasional harus mendukung “pemukiman kembali secara sukarela” warga Palestina dari Gaza, daripada menyumbang uang untuk membangun kembali daerah kantong yang terkepung.
- Perwakilan Hamas yang berbasis di Beirut, Osama Hamdan, menuduh Israel melakukan “kekejaman dengan tujuan mempercepat perpindahan warga Palestina”.
- Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang juga menteri luar negeri, akan mengunjungi Rusia dan Inggris mulai Selasa (21/11/2023), untuk mendesak gencatan senjata segera di Gaza.
- Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, “terlalu banyak korban sipil” dalam perang Israel.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)