Peran, Posisi, dan Alasan Qatar Sering Jadi Mediator Perang Israel-Hamas
Berikut ini peran, posisi, dan alasan Qatar sering menjadi mediator di kawasan Timur Tengah hingga perang Israel-Hamas.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Kunjungan Emir Qatar terjadi selang sehari setelah Perdana Menteri Qatar bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dan agen mata-mata Israel Mossad di Doha.
Dalam kesempatan itu, mereka membahas parameter kesepakatan pembebasan sandera dan jeda pertempuran antara Israel dan Hamas.
Mediator Qatar terus merundingkan kesepakatan antara Hamas dan Israel, seperti dilaporkan Reuters.
Kesepakatan itu mencakup pembebasan sekitar 50 sandera sipil dari Gaza dengan imbalan gencatan senjata selama tiga hari.
Tidak diketahui berapa banyak perempuan dan anak-anak Palestina di Israel yang akan dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari kesepakatan yang sedang dibahas, lapor Al Jazeera.
Hamas telah menyetujui garis besar perjanjian tersebut.
Baca juga: Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani Kritik Lambatnya Bantuan untuk Korban Gempa Suriah
Namun Israel belum dan masih merundingkan rinciannya.
Hamas menculik sekitar 240 orang setelah meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa di Israel, yang menerobos perbatasan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden yakin perjanjian untuk membebaskan sandera yang ditawan oleh Hamas di Gaza akan segera selesai.
"Saya telah berbicara dengan orang-orang yang terlibat setiap hari," kata Joe Biden kepada wartawan pada Selasa (14/11/2023) di Gedung Putih.
"Saya yakin itu akan terjadi, tapi saya tidak ingin menjelaskannya secara detail," lanjutnya.
Ketika ditanya pesan apa yang dia ingin sampaikan kepada keluarga para sandera, dia menjawab, "Bertahanlah. Ini akan datang."
Joe Biden tidak memberikan batasan waktu atau kemungkinan cakupan pembebasan sandera.
Baca juga: Emir Qatar, Sheikh Tamim Kritik Bantuan Korban Gempa Suriah yang Terlambat
Mengapa perundingan penyanderaan terbukti sangat sulit?