Houthi Sudah Berhitung, AS Tak Punya Pilihan Bagus di Laut Merah: Kehilangan Muka atau Perang Meluas
AS kini berjalan di atas bara api. Jika mereka tidak berbuat apa-apa, jalur Laut Merah akan segera ditutup oleh Houthi Yaman
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Dan bahkan sebelum mencoba untuk melakukan serangan, mereka akan sangat rentan di area persiapan di Laut Merah dan Teluk Aden dimana kapal-kapal akan menghabiskan waktu untuk berkumpul, membentuk konvoi dan berangkat," tambahnya.
Baca juga: AS: Serangan Rudal Jelajah dan Lusinan Drone Ansarallah Yaman ke Israel Berlangsung Sembilan Jam
Houthi Sudah Berhitung, Butuh Respon Aktif Bukan Reaktif
Ancaman rudal Houthi kini diketahui tinggi, dan persenjataan mereka sangat besar.
Para perencana dan pemikir di angkatan laut OPG harus khawatir pada kemampuan Houtgi untuk melakukan serangan terkonsentrasi dan berkepanjangan secara bersamaan dari beberapa arah.
Hal ini ditunjukkan dalam serangan pertama, pada tanggal 19 Oktober, ketika Houthi meluncurkan empat rudal jelajah dan 15 drone ke USS Carney, sebuah kapal perusak yang masih beroperasi di Laut Merah dan akan menjadi bagian dari OPG.
"Serangan tersebut, mungkin direncanakan untuk menguji doktrin serangan Houthi dan respons musuh, berlangsung selama sembilan jam, memaksa awak kapal sasaran untuk mempertahankan kesiapan penuh dan konsentrasi dalam waktu lama untuk mencegat semua rudal yang masuk," katanya.
Zoran Kusovac menyebut, setiap laksamana kapal akan memberitahu atasan politiknya kalau kebutuhan militer akan memerlukan serangan terhadap infrastruktur rudal Houthi di Yaman.
Hal itu terkait hal-hal seperti di mana lokasi peluncuran tetap dan bergerak, fasilitas produksi dan penyimpanan, pusat komando dan infrastruktur radar kecil apa pun yang ada.
Artinya, kata Zoran Kusovac, respons yang dibutuhkan adalah tindkakan aktif, bukan sekadar reaktif menangkis serangan yang datang.
Baca juga: Ansarallah Houthi Yaman Serang Kapal Kontainer, AS Sibuk Tangkis Puluhan Drone dan 3 Rudal Balistik
"Respons proaktif terhadap ancaman rudal, dengan kata lain, untuk menghancurkan kemampuan penargetan kapal Houthi, bukan respons reaktif yang terbatas pada penembakan rudal yang masuk," katanya.
Risiko Perang Besar
Secara teori, serangan terhadap infrastruktur rudal Houthi dapat didasarkan pada pengintaian satelit dan kendaraan udara tak berawak (UAV) dan dilakukan dengan rudal yang diluncurkan dari Laut Merah dan Samudera Hindia serta drone bersenjata dari pangkalan darat yang jauh.
Namun satu-satunya peluang realistis untuk mencapai keberhasilan yang berarti adalah penggunaan pesawat tempur, pembom yang berbasis pada dua kapal induk nuklir Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.
"Serangan terhadap sasaran di Yaman mempunyai pembenaran militer yang jelas. Namun hal ini juga mempunyai risiko politik yang jelas: Barat, khususnya Amerika Serikat, akan dipandang oleh dunia Arab dan Islam sebagai pihak yang ikut serta dalam perang Gaza di pihak Israel," katanya soal opsi terbatas yang dimiliki AS Cs atas aksi Houthi di Laut Merah.
Lagi pula, kelompok Houthi mengatakan serangan mereka terhadap kapal-kapal Laut Merah bertujuan untuk membuat Israel mengakhiri perang.
Sadar akan bahaya dari perkembangan tersebut yang dapat dengan mudah menyebabkan konflik menyebar, AS telah mencoba untuk mengambil langkah hati-hati, melibatkan kekuatan-kekuatan regional, dan mengirimkan pesan bahwa AS tidak menginginkan adanya eskalasi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.