Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Intelijen Militer Israel Akui Sulit Lawan Hamas: Kami Tidak akan Bisa Menumpas Mereka

Intelijen Israel mengakui pasukan militernya kesulitan melawan Hamas, bahkan mengklaim tidak akan bisa menumpas gerakan itu.

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Intelijen Militer Israel Akui Sulit Lawan Hamas: Kami Tidak akan Bisa Menumpas Mereka
AFP/SAID KHATIB
(FILE) - Anggota Brigade Ezz-Al Din Al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas Palestina, berparade dengan senjata anti-tank di Rafah di selatan Jalur Gaza pada 28 Mei 2021. (SAID KHATIB / AFP) 

Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, mengatakan serangan tidak akan berhenti sampai semua tawanan Israel yang ditahan di Gaza, bisa dipulangkan.

"Serangan bisa berlanjut hingga bulan Ramadan," kata dia dalam pernyataan yang direkam, Jumat (16/2/2024), dilansir Anadolu Agency.

Pembicaraan mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok Hamas sejauh ini belum berhasil.

Gantz mengancam "jika para sandera tidak dikembalikan, kami akan memperluas perang hingga ke Rafah."

“Kami sedang mempersiapkan hal ini, bekerja sama dengan mitra kami termasuk Mesir,” tambahnya.

Gantz mengklaim tentara Israel akan melaksanakan rencana untuk "mengevakuasi penduduk ke daerah yang aman dan mulai beroperasi."

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 28,775 warga Palestina telah terbunuh, dan 68,552 terluka dalam genosida Israel yang berlangsung sejak tanggal 7 Oktober.

Berita Rekomendasi

Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan.

Baca juga: Al-Quds Sukses Targetkan Pusat Komando Tentara Israel di Khan Younis, Serang Pakai Mortir Berat

Mereka diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza.

Sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir – yang kini menjadi kota terbesar di Palestina sejak Nakba 1948.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas