Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indeks Nikkei Jepang Capai Rekor Tertinggi Sejak 34 Tahun Lalu, Ditutup 39.098,68 Yen

Pasar saham mencapai level tertinggi baru, menetapkan tonggak baru dalam sesi perdagangan di Jepang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Indeks Nikkei Jepang Capai Rekor Tertinggi Sejak 34 Tahun Lalu, Ditutup 39.098,68 Yen
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Indeks Nikkei atau Nikkei Stock Average naik tajam, ditutup pada 39.098,68 yen hari terakhir transaksi minggu ini, Kamis (22/2/2024). 

Dia menekankan bahwa tingkat pertumbuhan potensial, yang sekitar 4 persen selama periode gelembung, telah melayang sekitar 0 persen hingga 1 persen sejak saat itu, dan baru-baru ini tetap di 0,7 persen.

"Reli pasar saham saat ini disebabkan oleh masuknya uang investasi dengan latar belakang faktor eksternal seperti kenaikan harga saham AS, depresiasi yen, dan arus masuk dana dari China Jepang. Laju kenaikan saat ini berlebihan, arus masuk uang investasi dianggap sementara, dan ada tanda tanya atas keberlanjutannya," tambah Kiuchi.

Takayuki Itami, profesor emeritus di Universitas Hitotsubashi, yang telah mempelajari manajemen perusahaan Jepang selama bertahun-tahun, percaya bahwa harga saham saat ini sendiri tidak pada tingkat yang mengejutkan.

Selain itu, ia menunjukkan bahwa sikap manajemen perusahaan Jepang akan dipertanyakan di masa depan.

"Perlu dicatat bahwa sementara jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan besar telah meningkat dari tahun ke tahun selama 20 tahun terakhir, jumlah investasi modal hampir tidak berubah, dan pada tahun fiskal 2021 kurang dari jumlah dividen," ungkap Itami.

Sedangkan Takayuki Itami, Profesor Emeritus, Universitas Hitotsubashi melihat sebagai kenaikan harga saham yang aneh.

"Aneh bahwa harga saham telah meningkat dalam jangka panjang di luar negeri, tetapi hanya Jepang yang belum mampu melebihi level lebih dari 30 tahun yang lalu. Ini adalah hasil alami di tengah masuknya uang spekulatif dengan latar belakang pelonggaran moneter global setelah virus corona."

Berita Rekomendasi

"Tingkat pertumbuhan yang rendah setelah pecahnya ekonomi gelembung sebagian disebabkan oleh fakta bahwa perusahaan-perusahaan Jepang telah kehilangan kepercayaan dan belum melakukan investasi yang mengarah pada pertumbuhan," kata dia.

"Dividen itu sendiri tidak buruk, tetapi tidak mungkin perusahaan dapat tumbuh tanpa investasi. Mengambil keuntungan dari kenaikan harga saham ini, perusahaan harus mengambil risiko dan beralih ke manajemen yang meningkatkan investasi pada orang, seperti investasi modal untuk pertumbuhan dan kenaikan upah," ujarnya.

Harga saham baru yang tinggi sepanjang masa merupakan titik terang bagi perekonomian Jepang.

Namun, perlu untuk melihat tidak hanya angka-angka, tetapi juga apakah perusahaan Jepang akan terus tumbuh dan ekonomi Jepang akan dapat mengambil langkah berikutnya.

Sementara itu bagi para UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang mau berpameran di Tokyo dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsapp.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas