Bocorkan Ada Tentara Inggris di Ukraina untuk Lawan Rusia, Kanselir Jerman Kena Marah
Kanselir Jerman Olaf Scholz dikritik pejabat Inggris setelah menyebut ada tentara Inggris yang beroperasi di Ukraina.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Tiara Shelavie
"Setiap orang tahu bahwa ada pasukan khusus Barat di Ukraina, mereka hanya belum mengakuinya secara resmi," kata pejabat itu.
Adapun Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pada hari Selasa mengonfirmasi bahwa pemerintah Inggris memiliki "sejumlah kecil" tentara yang dikerahkan di Ukraina.
Namun, Sunak mengatakan Inggris tidak punya rencana untuk mengerahkan tentara secara besar-besaran ke Ukraina.
"Di luar sejumlah kecil personel yang kami punya di negara itu yang membantu angkatan bersenjata Ukraina, kami tidak punya rencana pengerahan berskala besar," kata Sunak kepada wartawan.
Di samping itu, dia menyebut ada banyak tentara Ukraina yang kini sedang dilatih di Inggris. Kemudian, dia menegaskan negaranya mendukung Ukraina dengan peralatan perang.
NATO disebut akan kirim pasukan
Pakar politik dan keamanan bernama Mark Sleboda memprediksi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) nantinya akan mengirim pasukan ke Ukraina guna melawan Rusia.
Sebelumnya, Presiden Prancis Macron menyinggung kemungkinan pengiriman tentara NATO ke bekas negara Uni Soviet itu.
Baca juga: Sebut NATO akan Kirim Tentara ke Ukraina untuk Lawan Rusia, Pakar: Eropa Kini Hancur Berantakan
Pernyataan Macron itu kemudian ditanggapi oleh juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov.
"Dalam kasus ini, kita seharusnya tidak berbicara tentang kemungkinan, tetapi keniscayaan," ujar Peskov, dikutip dari Sputnik News.
Peskov memperingatkan bahwa jika NATO benar-benar mengirimkan pasukan, hal itu akan "bertentangan dengan kepentingan negara-negara itu dan rakyat masing-masing".
Adapun dulu negara-negara Barat sempat menolak kemungkinan pengiriman tank ke Ukraina. Namun, negara-negara itu pada akhirnya mengirimkannya juga.
Saat ini situasi di Ukraina disebut sedang berpihak kepada Rusia.
"Sudah jelas bahwa tren dalam perang ini menguntungkan Rusia," ujar Sleboda yang menyebut bahwa konflik Ukraina-Rusia telah berubah menjadi perang atrisi.
"Rezim ini (Ukraina) dilanda masalah kekurangan personel yang parah," katanya.