Rabi Yahudi Serukan Umatnya Pindah Negara Jika Dipaksa Wajib Militer, Israel Terancam Guncang
Seruan kontroversial itu disampaikan saat IDF, pasukan pertahanan Israel, mengalami krisis tentara seiring perang di Gaza dan Israel bagian utara.
Editor: Willem Jonata
Secara tradisional mereka menikmati pengecualian penuh dari wajib milter.
Pengecualian itu sudah diatur secara khusus sejak lama oleh Davin Ben Gurion, Perdana Menteri pertama sekaligus salah satu pendiri negara Israel.
Rabi Yitzhak Yosef dikritik habis-habisan
Pernyataan Yosef ditanggapi dengan kritik keras. Salah satunya datang dari Partai Religius Zionis.
Dalam sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter) mereka mengatakan, "wajib militer menjadi tentara adalah sebuah mitzvah (semacam perintah Tuhan) yang hebat! Setelah dua ribu tahun pengasingan."
"Kami tidak akan pernah meninggalkan negara kami. Masyarakat yang bersedia untuk membayar dengan nyawanya karena Tanah Israel tidak akan menyerahkannya dalam kondisi apa pun.”
Rabbi David Stav, Ketua Organisasi Kerabian Tzohar, juga tak kalah keras menanggapi pernyataan Rabi Yosef.
“Selama masa penderitaan dan tragedi yang terus-menerus menimpa rakyat Israel, di mana hampir setiap hari kita menyaksikan semakin banyak anak-anak kita yang gugur dalam mempertahankan tanah ini, setiap fokus harus tertuju pada pertahanan dan dukungan militer kita."
"Pernyataan yang menganjurkan untuk menghindari dinas IDF adalah noda moral yang tercela dan aib nama Tuhan."
Ia juga menegaskan bahwa ancaman meninggalkan Israel khususnya untuk menghindari membela negara kita sangat tercela dan sepenuhnya bertentangan dengan semangat Halacha (hukum Yahudi).
“Orang mungkin berharap bahwa seseorang yang menduduki jabatan Kepala Rabbi Israel akan mendorong layanan IDF dibandingkan menghindari layanan hingga benar-benar meninggalkan negara tersebut," kata Stav menyindir Yosef.