Kepala Mata-mata AS Dijadwalkan Kunjungi Paris, Mau Bahas Gencatan Senjata Perang Israel di Gaza
Kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat (AS), Wiliam Burns dijadwalkan mengunjungi Paris antara Jumat (24/5/2024) atau Sabtu (25/5/2024).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat (AS), Wiliam Burns dijadwalkan mengunjungi Paris antara Jumat (24/5/2024) atau Sabtu (25/5/2024).
Sumber Barat yang mengetahui agenda tersebut mengatakan, di Paris, Burns bakalan berbincang dengan perwakilan Israel membahas perundingan gencatan senjata di Gaza, lapor AFP.
Situs berita AS, Axios, mengutip tiga pejabat AS dan Israel, juga melaporkan bahwa Burns diperkirakan akan tiba di Eropa “dalam beberapa hari mendatang” untuk memperbarui perundingan gencatan senjata.
Kunjungan Burns terjadi setelah putaran terakhir perundingan gencatan senjata terhenti dua pekan lalu di Kairo.
Waktu itu, Israel lebih memilih untuk mengesampingkan penghentian permanen perang dan melancarkan operasi militer di Rafah.
Radio Tentara Israel melaporkan, pasukan tentara Israel (IDF) bergerak maju jauh ke Rafah di Jalur Gaza selatan dan kini berposisi di lingkungan Brasil.
Radio tersebut menambahkan bahwa pasukan IDF juga sudah menduduki dua pertiga Koridor Philadelphia.
Pergerakan tentara Israel ini beriring perlawanan sengit dari faksi-faksi milisi perlawanan Palestina.
Al Jazeera Arab melaporkan adanya pertempuran sengit antara Israel dengan kelompok bersenjata Palestina di Kota Rafah selatan, Rabu (22/5/2024).
Jet Israel mebombardir sebuah rumah dan menewaskan setidaknya enam orang.
Identitas jasad tawanan di Gaza
Baca juga: Mahkamah Internasional Bakal Jatuhkan Putusan tentang Upaya Gencatan Senjata di Gaza Hari ini
Secara terpisah, belum lama ini ditemukan tubuh tiga tawanan di Gaza, yang diklaim militer Israel sebagai warga negara Prancis-Kanada.
Salah satu dari jasad tawanan teridentifikasi sebagai Orion Hernandez, berusia 30 tahun.
Dalam postingan X, Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengungkapkan kesedihan sangat besar atas berita kematian Hernandez.
“Prancis tetap berkomitmen lebih dari sebelumnya untuk membebaskan semua sandera,” kata Macron.