Mesir Lembek ke Israel, Tak Ada Pejabat Negara Hadir di Pemakaman Tentara yang Tewas Ditembak IDF
Tentara Israel dan pasukan Mesir saling baku tembak di penyeberangan Rafah pada hari Senin dalam sebuah insiden yang jarang terjadi.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Meskipun perjanjian damai ini memberikan manfaat bagi kedua negara, hubungan antara Israel dan Mesir menjadi tegang akibat perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Ulasan Media Line yang mengutip diskusi dengan para pakar regional, mengulas tentang prospek hubungan Mesir-Israel.
Baca juga: Seruan Serangan Besar ke Mesir Menggema di Israel: Tolak Hamastan dan Fathistan di Gaza Pasca-Perang
Tegang Secara Politik, Adem Ayem Secara Ekonomi
Mira Tzoreff, peneliti senior di Universitas Tel Aviv dan Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika Moshe Dayan, mengatakan kepada The Media Line bahwa hubungan antara Israel dan Mesir semakin dingin seiring berlanjutnya perang di Gaza.
“Seperti yang disebutkan oleh mendiang Presiden Mesir [Anwar] Sadat, tujuan negaranya adalah mencapai solusi bagi Palestina,” kata Tzoreff.
Meskipun hubungan politik kedua negara tegang, hubungan perdagangan tetap stabil, kata Haisam Hassanein, pakar hubungan Israel-Arab di Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington.
“Bahan bakar Israel masuk ke Mesir. Baik Yordania dan Mesir juga memperbarui perjanjian pembagian air mereka, meskipun ada ketegangan dalam hubungan politik bilateral,” katanya.
Pada bulan Desember, dua bulan setelah pecahnya perang Israel-Hamas, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina menuduh Israel berusaha memindahkan warga Gaza ke Mesir.
Beberapa politisi Israel secara terbuka mendukung gagasan tersebut.
Mesir secara konsisten menolak kemungkinan relokasi warga Gaza ke wilayahnya, baik sementara maupun permanen.
“Desakan Israel untuk merelokasi pengungsi ke Mesir memicu keamanan nasional negara tersebut,” kata Nourhan N. Moussa, seorang pengacara internasional dan profesor hukum yang berbasis di Kairo, kepada The Media Line.
Kekhawatiran keamanan nasional Mesir berkaitan dengan ancaman infiltrasi Hamas ke perbatasannya.
"Kelompok ini sangat punya ikatan tersendiri dengan Mesir karena hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, yang dilarang di Mesir dan dipandang sebagai ancaman terhadap partai yang berkuasa," tulis ulasan tersebut.
Para pemimpin Mesir juga khawatir mengenai potensi tekanan masuknya pengungsi yang dapat berdampak pada perekonomian negara yang sudah tidak stabil.
“Mesir mempunyai hak untuk melindungi diri dengan membangun penghalang fisik di perbatasan Gaza, menghancurkan terowongan bawah tanah yang terhubung ke wilayahnya dan menghalangi jalan masuk,” kata Moussa.