Netanyahu 'Parno' soal Upaya Pembunuhan Donald Trump, Takut Alami Hal yang Sama
Netanyahu parno setelah ada upaya pembunuhan capres AS Donald Trump. Ia takut jika hal itu bisa terjadi padanya di Israel.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengomentari upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang terjadi saat kampanye di Pennsylvania, AS, pada Sabtu (13/7/2024).
Netanyahu mengatakan dia khawatir hal seperti ini juga akan terjadi padanya di Israel.
“Ada hasutan untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan pejabat terpilih di sini," kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel14 Israel, Senin (15/7/2024).
"Hal ini bisa terjadi. Ada hasutan untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan terhadap pejabat terpilih, menteri, perdana menteri dan anggota keluarganya. Ini terjadi dalam skala besar dan setiap jam," lanjutnya.
Menurutnya, mustahil untuk menghindari orang-orang yang tidak suka dengannya.
“Mustahil mempercayai keberadaannya… teriakan ‘pengkhianat’, ‘pembunuh’, ‘itu harus diakhiri, seperti Ceausescu’, ‘seperti Mussolini’, dan sebagainya," katanya, menyebutkan ancaman terhadapnya yang ingin membunuhnya seperti pemimpin Roman dan Italia yang dibunuh rakyatnya sendiri.
"Ini tidak dapat diterima," tegasnya.
Selama wawancara, Netanyahu juga menyinggung tentang hasutan terhadap anggota keluarganya.
“Ini tidak hanya ditujukan terhadap saya, tetapi juga terhadap anggota keluarga saya... terhadap Benny. Kelompok ekstremis kiri mengirimkan penyelidik swasta untuk mempublikasikan situs webnya," katanya.
Ia menuduh ancaman terhadap keluarganya dan informasi mereka digunakan oleh gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
"Mereka menjelaskan masalah ini di media dan kemudian Hamas datang dan mengatakan kami tahu di mana Anda berada, kami akan membunuh Anda," klaimnya.
Baca juga: Israel Dilanda Krisis Pasukan, Netanyahu Putar Otak Wajibkan Anak Muda Wamil Paling Lama 3 Tahun
Perdana Menteri Israel juga berbicara tentang ancaman yang diterima istrinya, Sarah Netanyahu.
“Ada juga ancaman kekerasan, ancaman pemerkosaan, dan ancaman serta fitnah lainnya terhadap istri saya... Istri saya, yang bekerja sepanjang waktu dan bertemu hampir setiap hari dengan keluarga yang berduka, bertemu dengan keluarga korban penculikan dan mereka menghina serta mengancamnya," katanya.
Channel14 Israel mempertanyakan mengapa pemerintahan Netanyahu tidak memecat Ombudsman, Gali Beharev Meara, yang tidak merespons ancaman-ancaman terhadap perdana menteri.
“Kami mengharapkan Ombudsman menjadi penasihat hukum pemerintah dan tidak melawan pemerintah... Kami mengharapkan dia dan jaksa penuntut negara serta penegak hukum lainnya lembaga-lembaga untuk keluar dan mengambil tindakan terhadap kejahatan kriminal yang membuat kita menghadapi risiko pembunuhan politik," kata Netanyahu.
Netanyahu menghadapi banyak ancaman dan protes dari rakyatnya karena dianggap menghambat upaya untuk mengembalikan orang-orang yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.664 jiwa dan 89.097 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (15/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel