Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wanita yang Duduk di Belakang Donald Trump Jadi Pusat Perhatian Karena Tindakannya yang Tak Terduga

Pada Sabtu 3 Juli 2024 lalu, Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak saat berpidato pada kampanye pemilu di Pennsylvania.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Wanita yang Duduk di Belakang Donald Trump Jadi Pusat Perhatian Karena Tindakannya yang Tak Terduga
Reuters/AP
Wanita bertopi dan berkacamata di belakang Donald Trump jadi pusat perhatian 

TRIBUNNEWS.COM, AS -  Seorang wanita yang duduk di tribun penonton saat Donald Trump ditembak menjadi perbincangan di kalangan netizen.

Pada Sabtu 3 Juli 2024 lalu, Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak saat berpidato pada kampanye pemilu di Pennsylvania.

Sebuah video muncul di jejaring sosial memperlihatkan seorang wanita yang duduk tepat di belakang Donald Trump.




Ekspresi dan tindak tanduk wanita itu dianggap netizen "sangat aneh".

Videonya virak dan menimbulkan banyak komentar beragam dari netizen.

Dalam video tersebut, wanita yang mengenakan gaun putih dan kacamata hitam berdiri di belakang Donald Trump.

Tidak seperti orang lainnya yang berada di belakang Donald Trump, wanita itu terlihat tidak panik setelah adanya tembakan yang mengarah ke Donald Trump.

BERITA TERKAIT

Wanita itu malah mengeluarkan ponselnya untuk merekam momen kepanikan.

Banyak orang yang kaget karena wanita ini begitu tenang menghadapi situasi tersebut.

“Daripada melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan atau melindungi anak di belakangnya, dia mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam ,” komentar seorang netizen.

Meskipun sebagian orang menganggap tindakannya menunjukkan ketenangan yang tidak dapat dipahami, bahkan "tidak biasa".

Ada juga yang berpendapat bahwa ini hanyalah reaksi acak atau refleks alami wanita tersebut.

Bahkan, ia juga ikut berjongkok untuk melindungi diri saat terjadi tembakan.

Memegang ponsel di tangan untuk merekam klip atau mengambil foto juga bisa menjadi refleks yang familiar bagi banyak orang karena ingin merekam acara spesial.

Seperti diketahui akhir pekan lalu  ketika Donald Trump berbicara di podium, terjadi tembakan selama acara tersebut.

Mantan Presiden AS itu menutup telinga kanannya ketika sebuah peluru menyerempetnya sebelum agen rahasia menjatuhkannya ke tanah.

Beberapa menit kemudian, Trump berdiri dan memerintahkan tim keamanannya menunggu untuk menilai situasi dan mengangkat tinjunya, menyemangati massa yang ketakutan.

Penembaknya diidentifikasi bernama Thomas Matthew Crooks, usia 20 tahun.

Motif pelaku pembunuhan belum diketahui.

Tembakannya Payah

Thomas Matthew Crooks ternyata sempat ditolak dari klub menembak sekolahnya.

Pasalnya tembakkannya sangat buruk dan sering meleset dari sasaran saat melakukan uji coba.

Ia kemudian ditembak mati oleh sniper Secret Service setelah melakukan aksinya.

Peluru tembakannya mengenai kuping Trump, tapi tak membahayakan nyawanya.

Namun seorang pengunjung kampanye tewas dan dua lainnya terluka.

Menurut salah seorang teman Crooks, Jameson Myers, pelaku ternyata pernah mencoba bergabung dengan tim menembak sekolahnya.

Namun, kemudian ia ditolak dan diminta untuk tak mencoba lagi.

“Ia tidak masuk ke tim, dan ia diminta untuk tak mencoba lagi, karena tembakannya sangat buruk, dan bahkan dianggap berbahaya,” ujar Myers kepada ABC News dikutip dari Business Insider.

Myers lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) bersama Crooks pada 2022.

Dilaporkan oleh CBS News, Myers merupakan mantan anggota tim menembak SMA Bethel Park.

Ia mengatakan dirinya dan Crooks dekat saat sekolah dasar, tetapi tidak saat SMA.

Seorang anggota tim menembak yang meminta identitasnya dirahasiakan juga mengatakan bahwa Crooks tidak cocok untuk bergabung dengan mereka.

“Ia penembak yang buruk,” kata anggota tim menembak tersebut.

Kenapa Bisa Sampai di Atap

Bill Pickle, mantan agen Dinas Rahasia yang bertugas mengawal Wakil Presiden AS Al Gore (1993–2001) mengatakan Tim Dinas Rahasia yang bertugas mengawal Trump harusnya bisa mendeteksi tersangka penembakan lebih awal.

Pickle mengatakan salah satu masalah utama bagi penyelidik adalah mencari tahu bagaimana penembak bisa naik ke atap gedung tanpa diketahui pihak berwenang.

“Pertanyaannya yang masih tersisa adalah mengapa atap ini tidak diamankan dan apakah ada agen atau penegak hukum di sana yang memeriksa identifikasi [orang yang masuk dan keluar gedung]?” tambah Pickle.

“Bagaimana anak ini [tersangka] bisa sampai ke atap?” kata Pickle.

“ Dia merangkak rendah ke atap dengan tangan dan lutut dan mendorong senjatanya ke depan seperti di militer.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas