Lebanon Mengaku Tak Tahu Kapan Iran Membalas Israel: Perang Besar-besaran Tak Untungkan Siapa Pun
Lebanon menilai serangan Israel ke Iran yang menewaskan Ismail Haniyeh merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan dan kedaulatan Iran
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Jalanan tampak sepi, toko-toko tutup lebih awal dan suasana sunyi menggantikan hiruk pikuk yang biasa.
Ketakutan merayapi atmosfer dan ketegangan mencemaskan menyelimuti kota.
Bagi warga dan pemilik bisnis, perubahan ini nyata adanya.
Yana Levitan, pemilik Alternative Souvenir, sebuah toko di kota tua Yafo, berbagi perasaannya dengan The Media Line.
“Saya merasakan dari jalan bahwa orang-orang khawatir berada di sini , berada di Israel. Orang-orang Israel khawatir berada di kota tua Yafo khususnya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi kami akan tetap di sini meskipun ada banyak hal,” katanya.
Ancaman pembalasan dari Iran semakin memperdalam krisis.
Sopir Taksi Ikut Mengeluh
Sadi, seorang sopir taksi Arab Israel, menggambarkan situasi tersebut kepada The Media Line.
“Orang-orang tidak ingin datang ke Timur Tengah saat ini. Mereka tidak merasa aman. Saya belum pernah melihat sesuatu yang seburuk ini sebelumnya. Kami hampir tidak bisa bertahan hidup.”
Namun meskipun ada ketakutan dan ketidakpastian, semangat ketahanan tetap kuat.
Yoel, warga Tel Aviv, mengatakan kepada The Media Line.
“Ada ketakutan tetapi orang-orang Israel tangguh, kami berada di luar dan kami tidak berhenti hidup.”
Mahmoud, seorang warga Palestina dari Yerusalem yang sedang mengunjungi Yafo, mengungkapkan harapannya akan perdamaian.
“Ketika perang berakhir, semuanya mungkin akan kembali normal.”
Yoav, seorang warga Kiryat Shmona, yang tinggal sementara di Yafo, menyuarakan sentimen yang sama, dengan menceritakan bagaimana perang telah berdampak pada komunitas Yahudi dan Arab.