Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Iran Potensial Serang Israel Lewat Kombinasi Serangan Darat dan Laut, Bukan Soal Apa Tapi Kapan

Misi Iran untuk PBB menambahkan kalau Iran akan membalas Israel pada waktu dan cara yang tidak diharapkan oleh Tel Aviv, tak lagi lewat udara.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Iran Potensial Serang Israel Lewat Kombinasi Serangan Darat dan Laut, Bukan Soal Apa Tapi Kapan
SCMP
Iran kini membangun aliansi militer baru dengan mengajak Rusia dan China untuk menghadapi militer Amerika Serikat yang kini makin mengancam negaranya sejak konflik Hamas dan Israel meluas hingga ke Yaman dan Irak. 

Iran Potensial Menyerang Israel Lewat Kombinasi Serangan Darat dan Laut, Masalahnya Bukan Soal Apa Tapi Kapan

TRIBUNNEWS.COM - Misi Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa menguraikan waktu dan cara pembalasan negara tersebut terhadap pembunuhan mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran oleh rezim Israel.

Dijelaskan, pembalasan Iran harus mempunyai dua hasil yang jelas.

"Pertama, Iran harus menghukum agresor atas teror dan pelanggaran kedaulatan nasional Iran. Kedua, hal ini harus memperkuat kekuatan pencegahan Iran dan membawa penyesalan mendalam bagi rezim (Israel) untuk mencegah agresi di masa depan,” kata misi Iran untuk PBB dikutip dari MNA, Kamis (22/8/2024).

Baca juga: Serangan Iran ke Israel Kelamaan, Operasi Intelijen di Tel Aviv Bakal Setara yang Terjadi di Teheran

Selain itu, respons dan pembalasan Iran ke Israel juga harus menghindari kemungkinan dampak negatif terhadap kemungkinan gencatan senjata (Gaza).

Misi Iran untuk PBB menambahkan kalau Iran akan membalas Israel pada waktu dan cara yang tidak diharapkan oleh Tel Aviv.

"Mungkin saat mata mereka tertuju ke langit dan layar radar, mereka terkejut dari luat dan darat, dan mungkin kombinasi keduanya," kata pernyataan itu.

BERITA TERKAIT

Dalam serangan balasan April silam, Iran melancarkan serangan udara besar-besar menggunakan banyak drone dan rudal dalam sebuah operasi langsung ke wilayah pendudukan Israel.

Serangan Iran April lalu itu sebagai tanggapan atas pemboman konsulat negara tersebut di Suriah oleh Israel yang menewaskan seorang penasihat militer senior.

Baca juga: Pakar Israel: Iron Dome Gagal Menghancurkan Satu Pun Rudal Iran

Pasukan Iran
Pasukan Iran (Almayadeen)

Persiapan Sudah Dilakukan

Ismail Haniyeh dan salah satu pengawalnya menjadi martir setelah kediaman mereka menjadi sasaran di Teheran pada 31 Juli, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

IRGC mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kalau pembunuhan Ismail Haniyeh "dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika."

Menanggapi tindakan teror Israel, para pejabat tinggi Iran bersumpah untuk memberikan respons yang tepat terhadap rezim Israel.

Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengatakan, "Dengan membunuh Ismail Haniyeh, rezim Israel telah menyiapkan landasan untuk hukuman berat bagi dirinya sendiri."

Sebelumnya pada bulan Agustus, penasihat politik Pemimpin Revolusi Iran, Laksamana Muda Ali Shamkhani melalui platform media sosial X, sebelumnya Twitter, menulis bahwa persiapan telah dilakukan untuk menghukum berat rezim yang hanya memahami bahasa kekerasan.

"Satu-satunya tujuan rezim Israel dalam membunuh jamaah (salat subuh) di sekolah Al-Tabin di Gaza dan membunuh syahid Ismail Haniyeh di Iran adalah untuk melancarkan perang dan membuat negosiasi gencatan senjata gagal," tulis Shamkhani.

"Persiapan untuk hukuman berat terhadap rezim Israel telah dilakukan melalui proses hukum, diplomatik, dan media," tambahnya.

Bukan Soal Apa Tapi Soal Kapan

Sebuah tulisan di Teheran Times, surat kabar terkemuka di Iran, mengulas soal pembalasan Iran terhadap pembunuhan mantan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dilakukan rezim Israel di Teheran.

"Pembalasan adalah masalah kapan, bukan apakah," begitu bunyi gagasan utama tulisan di media tersebut.

Dipicu oleh laporan intelijen dari badan-badan Amerika dan Israel, media Barat dan Israel awalnya memperkirakan bahwa Iran akan menyerang Israel dalam waktu 24 hingga 72 jam setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli.

Tiga minggu setelah serangan Israel, belum ada yang tahu kapan dan bagaimana Iran akan merespons Israel.

Beberapa pihak bertanya-tanya apakah Iran akan membalas hal ini, bahkan sekutu dekat Iran sendiri, tidak mengetahui kapan hari H pembalasan akan dilakukan Teheran. 

Baca juga: Lebanon Mengaku Tak Tahu Kapan Iran Membalas Israel: Perang Besar-besaran Tak Untungkan Siapa Pun

Jika melihat apa yang dikatakan masyarakat Iran kepada media atau rekan-rekan mereka, jawabannya adalah ya, Iran pasti membalas Israel.

Beberapa pejabat tinggi Iran telah mengulangi sumpah Pemimpin Revolusi Iran untuk membalas dendam atas darah Haniyeh, yang dibunuh di Teheran beberapa jam setelah menghadiri upacara pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. 

“Saya rasa 20 hari tidak cukup untuk mengatakan Iran telah menghentikan tindakan pembalasan. Saya yakin tidak ada keraguan bahwa respons akan dilakukan. Yang belum kami ketahui adalah bagaimana dan kapan hal itu akan terjadi,” kata Mehdi Bakhtiari, seorang reporter perang dan pakar Asia Barat.

Dikutip dari Tehran Times ada dua kemungkinan penyebab utama Iran belum serang Israel yakni :

1. Peringatan Arbain

"Ada banyak isu internasional, politik, dan militer yang harus dipertimbangkan Iran sebelum menghukum Israel. Dalam situasi kita saat ini, yang paling penting mungkin adalah ziarah Arbain," jelas Bakhtiari.

Ternyata Iran dan sejumlah negara tetangganya akan merayakan Chehlum atau Arbain yang jatuh pada tanggal 25 Agustus 2024.

Setiap tahunnya, hari ini jatuh pada bulan Safar yaitu tanggal 20.

Abain adalah hari terakhir dari 40 hari berkabung bagi para martir dalam Pertempuran Karbala.

Tanggal 20 Safar di dunia Arab jatuh pada tanggal 24 Agustus 2024.

Sedangkan di Pakistan, India, Bangladesh, dan beberapa belahan dunia lainnya jatuh pada tanggal 25 Agustus 2024.

Ibadah haji Arab yang menandai 40 hari setelah peringatan syahidnya Imam Hussein (AS), menarik jutaan warga Iran ke negara tetangga Irak setiap tahun.

Acara ini memerlukan mobilisasi besar-besaran pasukan militer dan intelijen Iran untuk menjaga para peziarah di wilayah yang rentan terhadap serangan teroris.

Jutaan peziarah Pakistan dan Afghanistan juga memasuki Irak melalui Iran, menempuh jarak lebih dari 2.400 kilometer untuk mencapai kota Karbala tempat makam suci Imam Hussein berada.

Setelah tiga serangan teroris di Iran selama dua tahun terakhir, para analis memperingatkan bahwa ziarah Arbain menjadi target utama bagi para teroris.

Konsentrasi tinggi para peziarah yang bepergian antara Iran dan Irak, dikombinasikan dengan signifikansi keagamaan Arabin bagi Muslim Syiah, menjadikannya peristiwa yang rentan.

"Selain mengalihkan perhatian dari kemampuan militer Iran, para pengambil keputusan menghadapi lebih banyak keterbatasan. Melaksanakan operasi militer dapat mengganggu operasi penerbangan secara signifikan. Jutaan warga Iran telah bepergian ke Irak dan banyak dari mereka bergantung pada perjalanan udara. Melaksanakan tindakan militer saat ini dapat membuat orang-orang ini terdampar di negara asing."

2. Iran Memainkan Strategi Catur

Menurut Tehran News, pengamat internasional mengakui Iran sebagai pemain yang strategis dan cermat dalam bidang politik dan diplomasi.

Orang Iran memandang dunia sebagai permainan catur yang rumit.

Dalam memainkannya, mereka tidak hanya menggerakkan bidak, mereka mengatur simfoni strategi dan membuat keputusan yang tepat pada waktu yang tepat.

Baca juga: Mobilnya Diserang Israel, Jenderal Palestina Khalil Al-Maqdah Tewas di Lebanon

Pendekatan Iran yang disengaja dan terukur, meski menawarkan manfaat strategis, juga mengandung risiko yang melekat.

Waktu yang diambil Teheran untuk menanggapi Israel secara tidak sengaja telah memberi sekutu Baratnya kesempatan untuk mengumpulkan koalisi militer untuk membela Israel.

Ini mencerminkan skenario sebelumnya pada tanggal 14 April di mana koalisi AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan negara-negara Arab tertentu campur tangan untuk melindungi Israel dari Operasi True Promise Iran.

Sekutu Barat dan Arab akhirnya mengklaim bertanggung jawab atas sebagian besar pesawat nirawak dan rudal Iran yang ditembak jatuh.

Sejarah tampaknya terulang kembali, dengan upaya yang lebih besar dikerahkan kali ini.

Ketika Anda memberikan respons cepat, musuh juga mendapat lebih sedikit waktu untuk mencoba mempengaruhi keputusan Anda melalui permainan pikiran, menurut para ahli strategi.

Dalam beberapa minggu terakhir, kekuatan Barat telah secara aktif berusaha menghalangi Iran untuk membalas dendam terhadap Israel, dengan melibatkan berbagai aktor regional dan internasional.

Ini termasuk kunjungan Menteri Luar Negeri Yordania yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Iran bulan ini, yang pertama dalam hampir dua dekade.

Washington juga berhasil mengejek dunia dengan mengatur putaran baru perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dan menghubungkan hasilnya dengan potensi respons Iran.

Inisiatif tersebut, tentu saja, tidak membuahkan hasil apa pun dan hanya mengungkap keengganan Israel untuk mengejar perdamaian.

Namun, para analis berpendapat bahwa setidaknya jika menyangkut Israel pada tahun 2024, semakin lama Iran bertahan, semakin besar kemungkinannya untuk memperoleh hasil yang menguntungkan.

“Israel sudah berada dalam situasi ekonomi yang buruk setelah 10 bulan perang yang sia-sia di Gaza. Harus tetap waspada karena takut akan respons Iran secara signifikan memperburuk kesengsaraan ekonomi tersebut,” kata Bakhtiari.

Warga Israel juga hidup dengan kecemasan yang terus-menerus dan melemahkan selama 20 hari terakhir.

Laporan menunjukkan bahwa orang-orang di wilayah pendudukan menghabiskan malam mereka di tempat penampungan dan bunker.

“Ketakutan mencengkeram kita semua. Jalan-jalan sepi, toko-toko kosong. Kami hidup dalam ketakutan terus-menerus, menunggu Iran menyerang. Bahkan para pemimpin yang telah bersumpah untuk membalas mengancam Iran dengan suara gemetar,” kata seorang Rabbi saat berbicara di hadapan kerumunan orang Yahudi di Tel Aviv awal minggu ini.

"Seperti yang saya katakan, tidak seorang pun tahu bagaimana dan kapan Iran akan membalas. Namun, yang dapat saya prediksi adalah bahwa apa pun tanggapannya, akan lebih keras daripada Operasi True Promise," kata Bakhtiari.

(oln/mna/thrntms/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas