Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Ganti Kepala Divisi Intelijen Militer, Nyatakan Hamas Mesti Hancur, Perang Panjang di Utara

Kepala Divisi Intelijen Militer baru Israel mengatakan kalau negaranya harus bersiap hadapi kemungkinan meluasnya pertempuran di utara dan sekitarnya.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Israel Ganti Kepala Divisi Intelijen Militer, Nyatakan Hamas Mesti Hancur, Perang Panjang di Utara
khaberni/tangkap layar Reuters
Kendaraan militer Israel, di dekat perbatasan antara Israel dan Gaza, 21 Agustus 2024. 

Namun, Hamad tampaknya menjauhkan negosiasi dari respons Iran-Hizbullah yang diharapkan terhadap pembunuhan kembar Ismail Haniyeh dan Fuad Shukr.

"Respons Iran dan respons Hizbullah adalah hak mereka dan memiliki jalur yang berbeda dari jalur negosiasi," ungkap Hamad.

"Pembicaraan tentang negosiasi, hidup berdampingan dengan pendudukan, dan perdamaian semuanya bohong," katanya.

Baca juga: Hamas Mengutuk Serangan Pemukim Israel di Tepi Barat yang Menewaskan Satu Warga Palestina

Politik Kotor Netanyahu

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant (kanan).
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (kiri) dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant (kanan). (Instagram/Yoav Gallant)




Netanyahu terlibat dalam konsultasi politik untuk memastikan bahwa kesepakatan pertukaran tahanan potensial, jika tercapai, tidak mempengaruhi koalisi pemerintahannya.

Menurut situs berita Israel, Makan, Netanyahu berencana mengirim pesan kepada dua menteri yang menentang kesepakatan tersebut.

Kedua menteri tersebut, ialah Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich.

Baca juga: Profil Ben-Gvir, Menteri Ekstremis Penentu Kekuasaan Sayap Kanan Israel, Ingin Hamas Disingkirkan

Surat tersebut kabarnya dimaksudkan untuk meminta agar mereka tidak membubarkan pemerintahan.

BERITA TERKAIT

Dengan kata lain, Netanyahu meminta Smotrich dan Ben-Gvir untuk tidak membubarkan pemerintah selama masa reses Knesset jika kesepakatan itu ditandatangani.

Ia telah meminta mereka untuk menunggu hingga setelah jeda perang selama 42 hari, yang menandai berakhirnya fase pertama kesepakatan, untuk melanjutkan genosida di Gaza, sebelum membuat keputusan akhir tentang hal itu.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Aryeh Deri, pemimpin partai Shas, telah kembali menghadiri konsultasi keamanan terbatas minggu ini setelah absen selama beberapa minggu.

Kembalinya dia ini dipandang, di media Israel, sebagai tanda bahwa kesepakatan mungkin hampir selesai.

Baca juga: Diduga Dukung Hamas, Ratusan Warga Israel Ditangkap, Laporan Selamat Datang di Neraka Dirilis

Dikutip dari Al-Mayadeen, pengungkapan ini menyoroti strategi terencana Netanyahu untuk berpotensi merusak perjanjian gencatan senjata setelah mencapai keuntungan yang diharapkan.

Dengan begitu, hal ini sejalan dengan tuduhan dari lawan-lawannya bahwa ia memprioritaskan kelangsungan hidup pemerintahannya di atas pertimbangan lain.

(oln/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas