Eskalasi Israel dan Hizbullah Memanas, Bakal Pengaruhi Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza?
Hamas dan Israel disebut masih terlalu jauh dalam perundingan gencatan senjata perang Gaza.
Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Israel dan Hizbullah Lebanon melancarkan baku tembak pada Minggu (25/8/2024).
Hal itu terjadi setelah berbulan-bulan serangan dan serangan balik yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan.
Menjelang tengah hari, baku tembak berakhir, dengan kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka hanya menargetkan sasaran militer.
Serangan Israel menewaskan tiga militan di Lebanon.
Baku tembak tersebut tidak memicu perang yang telah lama dikhawatirkan.
Kekuatan senjata yang besar serta minimnya korban sipil, mungkin memungkinkan kedua belah pihak untuk mengklaim semacam kemenangan dan mundur.
Namun, ketegangan dalam konflik Israel dan Hizbullah tetap tinggi.
Lantas, apakah konflik Israel-Hizbullah pengaruhi negosiasi gencatan senjata di Gaza?
Peneliti senior di Middle East Institute di Washington, DC, Randa Slim, mengatakan eskalasi antara Israel dan Hizbullah tidak memengaruhi negosiasi gencatan senjata di Gaza “dengan cara apa pun”.
"Namun hal ini tetap memunculkan momok perang regional selama perang di Gaza terus berlanjut dan selama poros perlawanan yang dipimpin Iran memberikan dukungannya kepada Palestina dan Hamas," kata Slim kepada Al Jazeera, Senin (26/8/2024).
“Respons Hizbullah akan terjadi terlepas dari apakah perundingan berlanjut atau tidak."
Baca juga: Serangan 300 Roket dan Drone Hizbullah ke Israel Disebut Hanya Mengenai Kandang Ayam
"Karena seperti yang mereka katakan – dalam banyak kesempatan setelah pembunuhan komandan mereka Fuad Shukr – pembalasan itu tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Gaza," terangnya.
Slim menambahkan, Hamas dan Israel masih terlalu jauh dalam perundingan tersebut.
“Terdapat kesenjangan yang sangat lebar antara (Hamas dan Israel) pada isu-isu kritis, meskipun ada proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir,” kata dia.