Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Qassam Menyala di Rafah: Buldoser Hangus-IDF Tewas, Pakar Militer: Israel Gagal Total Setahun Perang

sergapan Al Qassam menunjukkan kalau setelah 346 hari operasi militer di Gaza, tentara pendudukan Israel gagal mencapai tujuan apa pun yang ditetapkan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Qassam Menyala di Rafah: Buldoser Hangus-IDF Tewas, Pakar Militer: Israel Gagal Total Setahun Perang
khaberni/HO
Tangkapan layar yang menunjukkan seorang petempur Al Qassam, sayap militer Hamas, di Rafah, Jalur Gaza Selatan mengarahkan roket Yasin 105 di depan moncong tank Merkava Israel. 

"Beberapa pihak berpendapat bahwa menarik pasukan militer dari Gaza setelah menandatangani kesepakatan penyanderaan dengan Hamas sama saja dengan kalah dan menyerah... Klaim ini didasarkan pada kesalahpahaman mendasar tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza," kata Brik.

"Klaim ini dipicu oleh klise yang disebarkan oleh eselon politik dan militer untuk membenarkan tindakan mereka dan mendapatkan dukungan publik serta legitimasi untuk melanjutkan perang yang gagal... orang-orang yang sama yang menyatakan bahwa penghentian permusuhan berarti kekalahan dan penyerahan diri kitalah yang membawa militer semakin dekat ke kehancuran dan negara ke kejatuhannya," tambahnya.

Baca juga: Analis Militer Israel: IDF Tempur di Multi-Front dengan Tentara yang Ngos-ngosan di Gaza dan Lebanon

Pasukan Israel (IDF) dalam agresi militer di Gaza. IDF dilaporkan membagikan dokumen ke para para wali kota di wilayah utara pendudukan berisi skenario yang akan dihadapi Israel jika berperang besar-besaran melawan pasukan Hizbullah, Lebanon.
Pasukan Israel (IDF) dalam agresi militer di Gaza. IDF dilaporkan membagikan dokumen ke para para wali kota di wilayah utara pendudukan berisi skenario yang akan dihadapi Israel jika berperang besar-besaran melawan pasukan Hizbullah, Lebanon. (khaberni)

Disarankan Mundur dari Gaza

Ia menunjukkan perlunya memusatkan pasukan pendudukan Israel di sektor lain, yaitu di utara dan Tepi Barat karena eskalasi yang sedang berlangsung.

"Pasukan pendudukan Israel harus mundur dari Gaza karena tidak ada cukup pasukan untuk bertempur di beberapa front pada saat yang sama," katanya

"Dengan kata lain, suatu hari nanti IDF tidak akan bisa lagi bertahan di Jalur Gaza karena Hamas akan menguasai sepenuhnya – baik di kota terowongan bawah tanah yang membentang ratusan kilometer maupun di atas tanah," jelas Brik.

Ia menambahkan: "Jika kita menghentikan penyerbuan karena militer lemah dan karena kita tidak punya pilihan lain, atau jika kita memindahkan pasukan kita ke daerah lain, musuh kita akan mengumumkan dengan gembar-gembor bahwa militer Israel telah menyerah, meninggalkan Gaza dan meninggalkan negara itu."

Meski demikian, Brik menyarankan agar dengan mendahului keadaan dan menyetujui kesepakatan untuk memulangkan tawanan dan tahanan, pertempuran di Gaza harus diakhiri.

Tentara Israel dikerahkan di perbatasan Erez dengan senjata berat dan kendaraan militer di Erez, Israel pada 29 Februari 2024.
Tentara Israel dikerahkan di perbatasan Erez dengan senjata berat dan kendaraan militer di Erez, Israel pada 29 Februari 2024. (Mostafa Alkharouf – Anadolu Agency)

Jengah dan Kelelahan di Perang Multi-Front

BERITA TERKAIT

Terkait kondisi pasukan Israel secara umum saat ini, sebuah laporan di  The Wall Street Journal menyatakan kalau serangan multi-front tentara pendudukan Israel (IDF) terhadap petempur milisi perlawanan di Tepi Barat menyoroti kompleksitas kondisi yang memburuk di wilayah-wilayah pendudukan.

"Pengerahan kekuatan militer skala besar di Tepi Barat juga menggambarkan tuntutan baru terhadap tentara Israel yang sudah kehabisan tenaga karena perang di Jalur Gaza, dan eskalasi di perbatasan dengan Lebanon," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Update Perang Tepi Barat, Hamas Double Attack di Gush Etzion-Karmei Tzur, Israel Kepung Hebron

Surat kabar tersebut menjelaskan dalam sebuah laporan yang diterjemahkan oleh “Arabi 21”, mengutip analis Israel yang mengatakan: “Pertempuran baru di Tepi Barat telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya pertempuran berkepanjangan di berbagai bidang.”

 “Tentara saat ini sudah kelelahan,” kata Guy Aviad, seorang mantan perwira dan peneliti Israel spesialis soal Hamas.

“Pada akhirnya, kami memiliki kelompok tentara cadangan yang sangat terbatas yang menanggung beban pertempuran sepanjang waktu,” katanya.

Surat kabar tersebut menunjukkan bahwa faksi-faksi perlawanan Palestina yang lebih baru dan lebih muda telah bermunculan serta meningkat dalam beberapa tahun terakhir, meskipun pemerintah pendudukan dan tentara IDF menggunakan segala cara untuk menekan mereka.

"Di sisi lain, pemerintah Israel mencakup beberapa pemimpin pemukim terkemuka, berupaya memperluas permukiman dan melancarkan agresi terhadap kota-kota Palestina," katanya menjelaskan faktor penyebab terus bermunculannya faksi-faksi perlawanan Palestina di Tepi Barat. 

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas