Israel Terus-terusan Bombardir Beirut Padahal Sudah Ditentang AS, Mulai Tak Mau Dengar Sekutunya?
Militer Israel terus-terusan membombardir Ibu Kota Lebanon, Beirut meski sudah mendapatkan tentangan dari Amerika Serikat (AS).
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Israel tampaknya sudah tak mau lagi mendengar sekutu tercintanya, Amerika Serikat (AS).
Hal itu terlihat ketika Israel terus-terusan untuk membombardir Ibu Kota Lebanon, Beirut.
Pada Rabu (16/10/2024) pagi, satu serangan Israel kembali menghantam pinggiran Beirut.
Padahal beberapa jam sebelumnya, AS telah menentang ruang lingkup serangan Israel di Beirut di tengah meningkatnya jumlah korban tewas.
AS juga mengungkapkan kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas.
Saksi mata Reuters mendengar dua ledakan dan melihat gumpalan asap mengepul dari dua lingkungan terpisah.
Peristiwa itu terjadi setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi pada Rabu pagi yang hanya menyebutkan satu bangunan.
Militer Israel dalam beberapa minggu terakhir telah melancarkan serangan terhadap pinggiran selatan Beirut, benteng Hizbullah, tanpa peringatan sebelumnya.
Atau mengeluarkan peringatan untuk satu wilayah sambil menyerang secara lebih luas.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan terhadap gudang senjata bawah tanah Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh.
"Sebelum serangan, sejumlah langkah telah diambil untuk mengurangi risiko membahayakan warga sipil, termasuk memberikan peringatan dini kepada penduduk di wilayah tersebut," kata militer Israel, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Diisukan Tewas Kena Rudal Israel, Komandan Pasukan Quds Tampil Perdana saat Pemakaman Jenderal Iran
Perintah evakuasi militer Israel juga mempengaruhi lebih dari seperempat wilayah Lebanon, menurut badan pengungsi PBB, dua minggu setelah Israel memulai serangan ke wilayah selatan negara itu yang katanya ditujukan untuk mengusir Hizbullah.
Beberapa negara Barat telah mendesak gencatan senjata antara kedua negara tetangga, termasuk di Gaza.
Pada hari Selasa, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan Washington telah menyampaikan keprihatinannya kepada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai serangan baru-baru ini.