Hamas Keluarkan Pengumuman Penting Pasca-Terbunuhnya Yahya Sinwar, Perlawanan Palestina Menyerah?
Hamas mengeluarkan pernyataan penting dan mendesak pasca-pengumuman Israel tentang terbunuhnya Yahya Sinwar di Tal Al Sultan, Rafah, Gaza Selatan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Selain itu, meninggalnya Yahya Sinwar juga disebut turut dibahas dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dan Perdana Menteri (PM) serta Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Lalu seperti apa profil Khaled Meshaal?
Baca juga: Foto Barang Yahya Sinwar yang Disita Israel, Ada Buku Doa, Tasbih, Senapan
Profil Khaled Meshaal
Dikutip dari Britannica, Khaled Meshaal merupakan sosok kelahiran Silwad, Tepi Barat pada 28 Mei 1956 atau saat ini berusia 68 tahun.
Dia dikenal sebagai politikus Palestina dan sempat diasingkan dari tahun 1996-2017 ketika menjabat sebagai Kepala Biro Politik Hamas.
Lalu, pada tahun 2021, dia ditunjuk untuk menjadi Kepala Kantor Hamas untuk pengungsi dan orang buangan Palestina.
Kemudian, setelah tewasnya pimpinan Hamas sebelum Yahya Sinwar, Ismail Haniyeh pada tahun 2024, Khaled Meshaal menjadi pejabat Hamas paling senior di luar Jalur Gaza.
Sebelum menjadi pejabat senior Hamas, masa kecil Meshaal dihabiskan dengan berpindah-pindah negara.
Contohnya pada tahun 1967, dia dan keluarganya pindah dari Silwad ke Kuwait setelah Tepi Barat diduduki oleh Israel dalam Perang Enam Hari.
Saat menetap di Kuwait, Meshaal tertarik pada aktivisme politik Islam dan memutuskan bergabung dengan cabang Palestina dari Ikhwanul Muslimin pada usia 15 tahun.
Lalu, pada tahun 1974, Meshaal memutuskan untuk berkuliah di Universitas Kuwait dan mempelajari fisika serta berpartisipasi dalam aktivisme Palestina.
Setelah lulus, Meshaal tetap tinggal di Kuwait dan mengajar fisika serta tetap aktif dalam gerakan Islam Palestina.
Akhirnya, dia berhenti mengajar pada tahun 1984 dan lebih memilih berfokus terhadap pembangunan jaringan layanan sosial Islam di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Meshaal pun bisa dikatakan sebagai salah satu pendiri Hamas karena tekadnya untuk menyaingi organisasi gerilya yaitu Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) seperti Fatah.