Hamas Keluarkan Pengumuman Penting Pasca-Terbunuhnya Yahya Sinwar, Perlawanan Palestina Menyerah?
Hamas mengeluarkan pernyataan penting dan mendesak pasca-pengumuman Israel tentang terbunuhnya Yahya Sinwar di Tal Al Sultan, Rafah, Gaza Selatan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Lantas, Hamas pun berdiri pada tahun 1987 setelah menyatakan keberadaannya secara terbuka.
Menjadi pentolan Hamas membuat Meshaal pernah mengalami percobaan pembunuhan oleh agensi intelijen Israel, Mossad pada 1997.
Dikutip dari Aljazeera, perintah untuk membunuh Meshaal tersebut langsung dari Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
Adapun pembunuhan itu dimaksudkan untuk pembalasan atas pengeboman Pasar Mahane, Yehuda pada tahun 1997.
Percobaan pembunuhan itu dilakukan dengan cara dua agen Mossad membawa paspor Kanada palsu memasuki Yordania yang menjadi tempat tinggal Meshaal.
Baca juga: Hamas Belum Terkalahkan Meski Yahya Sinwar Tewas, Semua Komandan Cemas, Netanyahu Menunggu
Lantas, mereka menunggu di pintu masuk kantor Hamas di ibu kota Yordania, Amman.
Lalu, ketika Meshaal masuk ke kantornya, salah satu agen datang dari belakang dan melekatkan perangkat khusus ke telinga kirinya yang ditransmisikan racun reaksi cepat.
Namun, upaya tersebut gagal dan dua agen Mossad itu langsung ditangkap.
Sebagai anggota Hamas, Meshaal harus berhadapan dengan berbagai tantangan seperti pernah ditahan oleh pemerintah Yordania karena menganggap organisasinya melakukan aktivitas ilegal.
Dia ditahan bersama dengan pemimpin elit Hamas lainnya seperti Mousa Abu Marzook.
Masuk pada tahun 2017, terjadi perubahan pucuk pimpinan Hamas di mana Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai Kepala Hamas di Jalur Gaza.
Perubahan ini membuat Meshaal digantikan oleh Haniyeh sebagai Kepala Biro Politik Hamas.
Dikutip dari Reuters, pergantian dari Meshaal ke Haniyeh ini menandai adanya keseimbangan kekuasaan dalam tubuh Hamas dari mereka yang tinggal di luar negeri seperti Meshaal kepada mereka yang tinggal di Jalur Gaza.
Tak cuma itu, penggantian Meshaal juga menawarkan kesempatan untuk pemulihan hubungan antara Hamas dan Iran.