AS Khawatir Stok Rudal Pencegat Akan Habis Gara-gara Bantu Israel
AS khawatir stok rudal pencegat akan habis gara-gara bantu Israel. Rudal pencegat sangat mahal dan tidak bisa diproduksi dengan cepat.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) mengalami kekurangan beberapa jenis rudal pertahanan udara, menurut laporan Wall Street Journal.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai kesiapan AS untuk menanggapi perang yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa serta potensi konflik di Pasifik.
"Rudal pencegat dengan cepat menjadi amunisi yang paling dicari selama perang yang semakin meluas di Timur Tengah, ketika Israel dan sekutu AS lainnya menghadapi ancaman yang semakin besar dari rudal dan drone yang diluncurkan oleh Iran dan milisi yang didukungnya," lapor Wall Street Journal, Selasa (29/10/2024).
Kekurangan ini mungkin meningkat setelah serangan Israel terhadap Iran pada Sabtu (26/10/2024) malam, yang dikhawatirkan akan memicu serangan balasan Iran.
Rudal standar yang biasanya diluncurkan dari kapal AS dan tersedia dalam berbagai jenis merupakan salah satu pencegat paling umum yang digunakan AS untuk membela Israel.
Kapal-kapal AS telah meluncurkan rudal pencegat senilai lebih dari $1,8 miliar untuk mencegah kelompok Houthi Yaman menyerang kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel di Laut Merah.
"Amunisi ini sangat mahal untuk menembak sasaran-sasaran Houthi, dan setiap amunisi yang mereka keluarkan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menggantinya – dan dengan biaya yang mahal,” kata seorang pejabat kongres AS.
Diperkirakan, AS telah menembakkan lebih dari 100 rudal sejak serangan Hamas terhadap Israel dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
“Selama setahun terakhir, Departemen Pertahanan AS telah memperkuat postur pasukan kami di kawasan untuk melindungi pasukan AS dan mendukung pertahanan Israel, dengan selalu mengingat kesiapan dan persediaan AS," kata juru bicara Pentagon, Sabrina Singh.
AS Khawatir Kehabisan Stok Rudal
Pentagon khawatir persediaan rudalnya akan habis lebih cepat dibandingkan kemampuan penggantinya, sehingga membuat pertahanan AS rentan, menurut para analis dan pejabat AS.
Baca juga: Iran Klaim Serangan Israel Cuma Berdampak Minim, Pabrik Rudal di Dekat Teheran Hancur
“Amerika Serikat belum mengembangkan basis industri pertahanan yang didedikasikan untuk perang gesekan berskala besar baik di Eropa maupun Timur Tengah, sambil memenuhi standar kesiapannya sendiri," kata Elias Youssef, rekan dan wakil direktur Program Pertahanan Konvensional di Stimson Center di Washington.
“Ini bukan bagian dari perencanaan pertahanan AS,” tambahnya.
Meningkatkan produksi senjata terbukti sulit bagi Pentagon karena sering kali mengharuskan perusahaan untuk membuka jalur produksi baru, memperluas fasilitas, dan mempekerjakan pekerja tambahan.
Sebelumnya, Menteri Angkatan Laut AS, Carlos del Toro, bersaksi kepada anggota parlemen AS bahwa ia menekan industri untuk meningkatkan produksi rudal standar karena AS telah mengerahkan terlalu banyak rudal pencegat di Timur Tengah.