Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

Berlakunya Dana Kompensasi Iklim Peluang bagi Negara Miskin

Mulai tahun depan, negara-negara miskin bisa meminta kucuran dana kompensasi iklim untuk memitigasi atau beradaptasi dengan bencana…

zoom-in Berlakunya Dana Kompensasi Iklim Peluang bagi Negara Miskin
Deutsche Welle
Berlakunya Dana Kompensasi Iklim Peluang bagi Negara Miskin 

Setelah lebih dari satu dekade upaya loby negara berkembang menuntut dana kompensasi guna mengatasi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim, KTT iklim terakhir di Dubai pada tahun 2023 akhirnya secara resmi meluncurkan dana tersebut.

Setahun kemudian, ada lebih banyak kemajuan telah dibuat.

"Dana kompensasi kerugian dan kerusakan siap bekerja," kata Ibrahima Cheikh Diong, direktur eksekutif dana bentukan PBB tersebut, saat penandatanganan resmi di ibu kota Azerbaijan.

Tujuan dari dana kompensasi iklim, yang digambarkan sebagai "perjanjian bersejarah," adalah untuk membantu negara-negara miskin menanggung biaya kerugian dan kerusakan yang terkait dengan cuaca yang semakin ekstrem. Dana tersebut juga dapat menyediakan uang untuk menangani apa yang dikenal sebagai dampak "awal yang lambat", seperti naiknya permukaan air laut, yang dapat menyebabkan negara-negara kepulauan kecil seperti Maladewa, Tuvalu atau Barbuda sepenuhnya tenggelam pada akhir abad ini.

Para negosiator menyepakati dana tersebut pada KTT iklim COP27 di Sharm el Sheikh, Mesir, pada tahun 2022. Salah satu poin utama yang menjadi perdebatan adalah seputar lembaga yang ditunjuk untuk mengelola dana tersebut. "Negara-negara kaya seperti Amerika Serikat lebih memilih Bank Dunia, tetapi usulan tersebut ditolak negara-negara berkembang," demikian ujar Alpha Kaloga, yang saat itu terlibat dalam pembentukan dana sebagai kepala negosiator Afrika mengenai kerugian dan kerusakan.

"Bank Dunia adalah lembaga yang mengecualikan banyak negara berkembang dalam hal kriteria kelayakan," katanya, seraya menambahkan bahwa setelah bencana cuaca ekstrem, bank akan memberikan pinjaman kepada negara-negara Afrika dengan tingkat utang yang sudah tinggi. "Kami pikir jika kami harus mengambil pinjaman, pinjaman itu harus sangat lunak."

Tanggung jawab historis terhadap perubahan iklim

Mengukur seberapa besar tingkat kerentanan negara-negara miskin terhadap peristiwa cuaca ekstrem, dan negara mana yang harus berkontribusi untuk pembiayaan, merupakan sumber perdebatan paling panas.

Berita Rekomendasi

Negara-negara maju menuntut kontribusi dari negara-negara Teluk yang kaya minyak dan Cina, yang meskipun merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS, dikategorikan sebagai negara berkembang.

Meskipun Cina mengeluarkan lebih banyak emisi karbon dioksida daripada negara lain, Amerika Serikat tetap menjadi penghasil emisi terbesar dalam sejarah. Sejak 1850, AS telah mengeluarkan hampir dua kali lipat CO2 ke atmosfer dibandingkan Cina.

"Jika berbicara tentang kewajiban hukum dan moral, hal itu ada pada negara-negara kaya karena tanggung jawab historis mereka," kata Singh. "Namun, negara-negara besar seperti Cina atau negara-negara Teluk, yang merupakan negara penghasil minyak jika mereka ingin berkontribusi, selalu dapat menyumbang uang."

Sejauh ini, negara-negara industri tidak memiliki kewajiban untuk membayar dana kompensasi iklim, tetapi didesak untuk melakukannya, sementara negara-negara berkembang didorong untuk melakukan hal yang sama.

Target keuangan untuk dana baru

Tahun lalu, Uni Emirat Arab, tuan rumah perundingan iklim COP28, dan Jerman masing-masing menjanjikan USD100 juta untuk dompet kompensasi. Negara-negara kaya lainnya termasuk Prancis, AS, dan Denmark juga telah menyumbang, dengan Swedia sebagai negara terbaru yang menyumbang hampir USD20 juta.


Dana tersebut kini mencapai USD722 juta, jumlah yang "tidak cukup untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan terhadap kelompok rentan" dan "kira-kira sama dengan pendapatan tahunan 10 pemain sepak bola dengan bayaran tertinggi di dunia", kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

"Itu bahkan tidak mencakup seperempat kerusakan di Vietnam yang disebabkan oleh Badai Yagi pada bulan September," katanya.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas