Bukan Rudal Antarbenua, Pakar Curiga Rusia Gunakan Senjata Hipersonik Iran Bombardir Kota Dnipro
Serangan tersebut terjadi pada dini hari tanggal 21 November 2023, dengan fokus utama pada infrastruktur vital di Dnipro. Benarkah gunakan ICBM?
Penulis: Malvyandie Haryadi
Perbedaan utama antara ICBM dan jenis rudal balistik lainnya hanya terletak pada jangkauannya masing-masing.
ICBM dapat menempuh jarak ribuan mil—melintasi benua—sedangkan rudal balistik memiliki jangkauan yang lebih pendek.
Begitu Angkatan Udara Ukraina memberi tahu serangan itu, para blogger dan pakar militer menilai bahwa rudal itu kemungkinan ditembakkan dari Kapustin Yar, kompleks peluncuran roket di Oblast Astrakhan.
Beberapa blogger yang mengikuti konflik itu dengan saksama mengatakan rudal itu diluncurkan dari lokasi yang diserang Ukraina menggunakan pesawat nirawak jarak jauh pada bulan Juli.
Berita tentang serangan ICBM itu menimbulkan banyak kehebohan di internet.
Beberapa pakar mengklaim bahwa Rusia menembakkan rudal RS-26 Rubezh, yang memiliki jangkauan teruji sekitar 5.800 kilometer dan didasarkan pada RS-24 Yars.
Beberapa blogger militer mengatakan rudal Rusia itu sangat tidak akurat dan memiliki probabilitas Kesalahan Melingkar (CEP) 200 meter, ukuran presisi rudal.
Sebagian yang lain bereaksi terhadap berita tersebut dengan skeptis, dengan mengatakan bahwa tak masuk akal bahwa Rusia akan menembakkan rudal antarbenua ke target yang hanya berjarak 1.000 kilometer dari lokasi peluncuran.
Sebagai informasi, ICBM dibuat untuk dapat menembak target yang berjarak hingga belasan ribu kilometer dan sangat mahal untuk dibuat.
Beberapa netizen berspekulasi di media sosial apakah itu kemungkinan rudal balistik Korea Utara atau Iran yang disangka sebagai ICBM.
Mereka menilai target di Dnipro berjarak sekitar 700-800 kilometer dari Kapustin Yar, sehingga pilihan rudal antarbenua sangat tidak masuk akal.
Banyak pakar berspekulasi bahwa peluncuran ICBM kemungkinan akan menjadi peringatan bagi Ukraina dan aliansi NATO yang dipimpin AS, karena ICBM adalah senjata strategis yang dirancang untuk mengirimkan hulu ledak nuklir.
Jessica Berlin, Peneliti Senior di Center for European Policy Analysis, menulis di situs media sosial X (sebelumnya Twitter) juga mengungkapkan pandangannya.
“Penggunaan ICBM oleh Rusia yang dipersenjatai dengan hulu ledak konvensional terhadap Ukraina adalah upaya menimbulkan rasa takut di Barat. Satu-satunya hal yang seharusnya diilhami adalah peningkatan dukungan Barat untuk pertahanan udara Ukraina dan serangan rudal jarak jauh terhadap Rusia.”