Kaleidoskop 2024 Perang Israel-Hamas: Momen-momen Paling Menonjol Hingga Iran-Hizbullah Terlibat
Berikut ini momen paling menonjol dalam konflik yang menghancurkan dalam perang Israel-Hamas serta keterlibatan Iran-Hizbullah hingga gekolak Suriah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran memuncak pada bulan April.
Teheran menuduh kalau serangan Israel terhadap kedutaan besarnya di ibu kota Suriah, Damaskus, telah menewaskan beberapa perwira Iran termasuk seorang jenderal tinggi.
Sebagai balasan, negara itu meluncurkan rentetan puluhan rudal dan pesawat nirawak ke Israel pada tanggal 13 April.
Sebagian besar berhasil dicegat, klaim Israel.
Di tengah kekhawatiran internasional tentang krisis regional, Israel menanggapi dengan menyerang sejumlah target di Iran.
Teheran mengecilkan dampak serangan di dekat pangkalan udara militer utama dan situs nuklir di pusat kota Isfahan, tetapi foto satelit menunjukkan radar pertahanan udara terkena serangan.
Juga pada bulan April, puluhan ribu orang ikut serta dalam protes antipemerintah di Israel, mendesak Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk pembebasan sandera.
Hal ini menyusul demonstrasi lain selama berbulan-bulan terhadap pemerintah.
Mei, Negosiasi di Kairo Gagal Hasilkan Gencatan Senjata
Negosiasi di ibu kota Mesir yang bertujuan agar Israel dan Hamas menyetujui persyaratan gencatan senjata menjadi sorotan pada awal Mei.
Harapan terjadinya terobosan ketika Hamas mengumumkan telah menerima gencatan senjata yang diusulkan oleh Mesir dan Qatar pupus setelah seorang pejabat Israel menyebutnya sebagai "tipu muslihat".
Orang-orang di jalan Rafah merayakan setelah pengumuman Hamas, tetapi beberapa jam kemudian militer Israel mengatakan sedang melakukan serangan di kota itu.
Kemarahan dunia internasional dan negara-negara Arab membuncah setelah serangan Israel di Rafah menewaskan 45 orang
"Ada kemarahan internasional setelah serangan udara Israel di Rafah menewaskan 45 orang pada akhir Mei," tulis ulasan skynews.
Menurut petugas medis Palestina, serangan itu mengenai tenda-tenda pengungsi dan otoritas yang dipimpin Hamas di Gaza mengatakan "sebagian besar" korban tewas adalah wanita dan anak-anak.
Netanyahu mengatakan itu adalah "kesalahan tragis".
Sementara kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNWRA) mengatakan kota itu telah menjadi "neraka di bumi" setelah serangan mematikan di sana.
Penyelamatan Sandera Israel di Tengah Banyaknya Korban Tewas
Pada awal Juni, empat sandera diselamatkan dalam serangan Israel di Gaza.
Dipuji sebagai "pahlawan" di Israel, militer IDF mengatakan mereka membebaskan para sandera di bawah tembakan gencar dan membalas dengan serangan "dari udara dan dari jalan".
Namun serangan berikutnya di al Nuseirat di Gaza tengah, sebuah kamp pengungsi Palestina yang bersejarah, menyebabkan pemandangan seperti "film horor", menurut penduduk setempat.
Putusan Pengadilan tentang Pemukiman Israel
Pada 19 Juli, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kebijakan pemukiman Israel di wilayah Palestina yang diduduki melanggar hukum internasional.
"Pemindahan pemukim oleh Israel ke Tepi Barat dan Yerusalem serta pemeliharaan keberadaan mereka oleh Israel" adalah "bertentangan dengan pasal 49 Konvensi Jenewa Keempat", kata panel yang terdiri dari 15 hakim dari seluruh dunia.
Pengadilan mengatakan Israel harus segera mengakhiri pembangunan pemukiman - tindakan yang menjadikan "keberadaan Israel di wilayah Palestina yang diduduki melanggar hukum".
Netanyahu Kunjungi AS
Netanyahu memulai kunjungan kontroversial ke Amerika Serikat (AS) pada akhir Juli dan berjanji dalam pidato pedasnya di Kongres untuk meraih "kemenangan total" melawan Hamas.
Namun Kamala Harris mengatakan dia "tidak akan diam" atas situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza setelah pertemuan dengan PM Israel.
Harris mengatakan Israel memiliki hak untuk membela diri, tetapi dengan tegas menambahkan: "Bagaimana cara melakukannya itu penting."
Meningkatnya Eskalasi Israel dan Hizbullah
Beberapa hari kemudian, Netanyahu bersumpah akan melakukan pembalasan berat setelah serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 anak.
Dia menyalahkan kelompok Hizbullah atas serangan roket yang menghantam lapangan sepak bola di Majdal Shams tersebut.
Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
Setelah itu, IDF melancarkan apa yang disebutnya sebagai serangan balasan di Beirut dan menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan senior Hizbullah yang menurut Israel bertanggung jawab atas serangan Majdal Shams.
Pemimpin Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh Terbunuh
Dalam sebuah peristiwa besar, pemimpin politik utama Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam sebuah pembunuhan yang diduga dilakukan Israel di Iran pada akhir Juli.
Hamas kemudian mengatakan Haniyeh tewas dalam sebuah serangan udara dan menyalahkan Israel, yang telah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya setelah serangan 7 Oktober.
Yahya Sinwar, dalang di balik serangan tersebut, dinobatkan sebagai pemimpin baru Hamas beberapa hari kemudian.
Aksi Lanjutan Israel Pasca-Pembunuhan Haniyeh
Pada 10 Agustus, puluhan orang tewas dalam serangan Israel terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan di Kota Gaza, menurut pejabat di pemerintahan Hamas di Gaza.
Tentara Israel mengatakan telah menyerang "pusat kendali Hamas" tetapi tidak memberikan bukti dan Hamas membantah memiliki pangkalan di sekolah tersebut.
"Seiring berlanjutnya konflik di bulan Agustus, kawasan tersebut menunggu dengan napas tertahan untuk melihat bagaimana dan apakah Iran dan Hizbullah akan menanggapi pembunuhan baru-baru ini - atau apakah gencatan senjata dapat disepakati," ulas skynews mereview pembunuhan Haniyeh.
Pembicaraan Gencatan Senjata Baru
Pembicaraan perdamaian dilanjutkan di Qatar, karena Iran mengatakan "hanya akan menahan diri jika [gencatan senjata] [disepakati]".
Presiden Biden mengatakan dia "optimis" tentang kesepakatan, tetapi ini ditolak oleh Hamas yang mengatakan tidak ada "perbaikan".
Tidak ada kesepakatan yang disepakati dan konflik terus berlanjut.
Baku Tembak dengan Hizbullah
Pada akhir Agustus, Israel melancarkan apa yang disebutnya sebagai serangan udara "pencegahan" terhadap Hizbullah di Lebanon.
Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan kelompok itu "mulai bersiap menyerang kami".
Hizbullah menembakkan pesawat nirawak dan roket yang disebutnya sebagai respons atas pembunuhan Fuad Shukr bulan sebelumnya.
Di Gaza, kesepakatan sementara untuk serangkaian gencatan senjata singkat agar vaksin polio dapat didistribusikan telah disetujui.
Pager yang Meledak Massal
Pada 17 September, ledakan massal pager genggam yang belum pernah terjadi sebelumnya yang digunakan oleh anggota Hizbullah di Lebanon menewaskan 12 orang dan melukai hampir 3.000 orang, sehingga menimbulkan gelombang kejut di wilayah tersebut.
Kurang dari 24 jam kemudian, serangkaian ledakan serupa menghantam radio dua arah yang digunakan kelompok tersebut.
Israel secara luas diyakini berada di balik serangan tersebut, yang jika benar akan menjadi kemenangan intelijen yang besar dan menunjukkan adanya infiltrasi mendalam terhadap rantai pasokan Hizbullah.
Pemimpin Hizbullah menuduh Israel melakukan "pembantaian" dengan ledakan pager dan walkie-talkie, dengan mengatakan bahwa Israel ingin membunuh "5.000 orang dalam dua menit".
Hassan Nasrallah Terbunuh
Saat Hizbullah terhuyung-huyung akibat ledakan pager dan radio, Israel menargetkan Beirut dengan serangkaian serangan dan membunuh pemimpin kelompok militan tersebut, Hassan Nasrallah.
Pembunuhan itu merupakan peristiwa monumental dan ada kekhawatiran bahwa perang yang lebih luas kini tak terelakkan.
Pada akhir September, ketakutan ini semakin dalam saat tank-tank IDF terlihat di perbatasan Israel-Lebanon.
Israel Bergerak ke Lebanon - dan Iran Merespons
Pada hari terakhir bulan September itu, pasukan Israel melintasi perbatasan untuk melakukan apa yang mereka sebut "serangan darat terbatas, terlokalisasi, dan terarah" terhadap Hizbullah - meskipun ada seruan dari sekutunya untuk menghentikan tembakan.
Pada 1 Oktober, dalam sebuah langkah yang diantisipasi, Iran meluncurkan hampir 200 rudal, menurut radio militer Israel, sebagai balasan atas kampanye Israel terhadap Hizbullah.
Pada jam-jam berikutnya, TV pemerintah Iran mengklaim 90 persen rudal mengenai target mereka sementara seorang juru bicara Israel mengatakan para pejabat sejauh ini tidak mengetahui adanya cedera akibat serangan itu.
Seorang pekerja Palestina di Tepi Barat kemudian dipastikan tewas setelah tertimpa puing-puing yang jatuh menyusul serangan Iran.
Beberapa hari kemudian, pemimpin tertinggi Iran mengatakan serangan rudal terhadap Israel "sepenuhnya legal dan sah" dan memperingatkan bahwa serangan itu dapat terulang.
Israel Peringati Setahun Serangan Hamas
Pada 7 Oktober, Israel berdiam diri (minutes of silence) untuk memperingati setahun sejak serangan Hamas 2023 - dan perhatian kembali tertuju pada para sandera yang masih ditawan.
Beberapa hari kemudian, ada protes dari para pemimpin Prancis, Italia, dan Spanyol, yang mengutuk serangan Israel yang "tidak dapat dibenarkan" yang menghantam pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon.
Pada pertengahan Oktober, serangan pesawat nirawak Hizbullah di pangkalan Israel menewaskan empat tentara dan melukai lebih dari 60 orang, yang memicu kekhawatiran di dalam IDF.
Pada 18 Oktober, Hamas mengonfirmasi kematian pemimpinnya, Yahya Sinwar.
Sekitar seminggu kemudian, respons Israel yang telah lama dinanti-nantikan terhadap rentetan rudal Iran pada 1 Oktober tiba ketika pesawat tempur Israel menghantam lokasi militer Iran dalam tiga gelombang serangan udara.
Mahkamah Pidana Internasional Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu
Pada tanggal 6 November, setelah 14 bulan perang, Netanyahu memutuskan untuk memecat menteri pertahanannya Yoav Gallant dalam sebuah tindakan yang dicap sebagai "tindakan gila" oleh seorang pemimpin oposisi.
Karena negosiasi gencatan senjata masih belum membuahkan hasil, Qatar memberi tahu Hamas bahwa mereka tidak akan lagi menjadi tuan rumah kantor politiknya kecuali kelompok militan dan Israel terlibat dalam pembicaraan yang konstruktif dan bermakna.
Pada tanggal 22 November, ada perkembangan besar dalam penyelidikan oleh Mahkamah Pidana Internasional atas peristiwa satu setengah tahun terakhir: surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Netanyahu, Gallant, dan pemimpin Hamas Ibrahim al Masri.
Akhir bulan itu, Israel dan Hizbullah menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan tujuan untuk mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan 3.500 orang Lebanon.
Rezim Suriah Jatuh
Pada awal Desember, serangan kilat oleh pasukan oposisi bersenjata di Suriah menyebabkan jatuhnya Bashar al Assad dan rezimnya.
Ini menjadi sebuah peristiwa besar bagi wilayah tersebut dan pukulan telak bagi pengaruh Iran.
Israel mengebom pangkalan militer Suriah, dalam upaya untuk memastikan senjata termasuk pesawat tempur dan senjata kimia tidak jatuh ke tangan oposisi pengguling Assad.
Pasukan IDF juga merebut sisi Suriah dari Dataran Tinggi Golan yang disengketakan.
Netanyahu mengatakan pasukannya akan tetap berada di zona penyangga yang dipatroli PBB sampai pasukan baru di sisi lain perbatasan dapat menjamin keamanan.
Baca juga: Pasukan Israel Ada di Puncak Gunung Hermon Sepanjang Musim Dingin, Siapa Pengendali Suriah Sekarang?
(oln/sky/*)