Milenial Sebaiknya Lebih Kenal dengan GERD-Anxiety
Data Kementerian Kesehatan RI pernah mengungkap bahwa GERD menduduki 10 besar penyakit paling banyak diderita orang Indonesia
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum banyak yang mengenal penyakit satu ini. Namanya GERD. Lengkapnya agak sulit dicerna, yaitu gastroesophageal reflux disease.
Data Kementerian Kesehatan RI pernah mengungkap bahwa GERD menduduki 10 besar penyakit paling banyak diderita orang Indonesia.
Pada 2009, jumlah penderita GERD di Indonesia diperkirakan mencapai 4 juta orang.
Jumlah ini dipercaya terus membesar karena berkaitan erat dengan gaya hidup tidak sehat, aktivitas tinggi, kebiasaan mengonsumsi fast food, minum kopi, dan merokok.
GERD adalah penyakit asam lambung tapi berbeda dengan sakit maag. GERD adalah kondisi saat asam lambung bergerak naik ke kerongkongan melewati klep yang seharusnya selalu tertutup.
Sedangkan sakit maag adalah kondisi meningkatnya jumlah asam lambung.
Banyak salah kaprah tentang penyakit GERD. Paling umum adalah GERD disebut-sebut sebagai penyebab langsung kematian.
GERD juga berkaitan erat dengan anxiety (cemas berlebihan). Salah satu pencetus GERD adalah anxiety. Bisa saja orang tidak mengalami anxiety, namun menderita GERD.
Tapi ada juga orang-orang yang sudah menghindari banyak faktor pencetus GERD, namun tetap mengalami GERD dalam waktu lama karena faktor anxiety.
Salah seorang penyintas GERD-Anxiety, Laura Marrylin, mengakui penyakit ini kurang "populer".
Diterangkan Laura, gejala paling umum dari GERD adalah gangguan menelan, sesak napas, dan munculnya rasa terbakar di dada.
Itu sebabnya banyak penderita GERD awalnya menduga dirinya terkena serangan jantung dan hampir mati.
"Saya juga begitu, awalnya menduga kena serangan jantung. Saya sampai ke dokter spesialis jantung dan menjalani beberapa kali pemeriksaan EKG dan USG jantung. Ternyata dokter bilang jantung saya enggak bermasalah," ungkap Laura.
Karena banyak salah kaprah tentang penyakit ini, beberapa bulan terakhir Laura mengaktifkan diri untuk berbagi pengalamannya sebagai penyintas GERD-Anxiety ke publik luas.
Dari dialog-dialognya dengan dokter spesialis juga sesama penderita GERD-Anxiety, ia semakin yakin bahwa GERD bukanlah penyakit mematikan.