Viral Unggahan Soal Diagnosa Mental Illness Lewat Situs Web, Bolehkah Dilakukan? Ini Kata Psikolog
Beredar cuitan di Twitter tentang seseorang yang mendiagnosis diri sendiri mengidap gangguan mental berdasarkan hasil tes online di situs web.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Sri Juliati
![Viral Unggahan Soal Diagnosa Mental Illness Lewat Situs Web, Bolehkah Dilakukan? Ini Kata Psikolog](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/stres-coronavirus-992131.jpg)
"Kalau memang berdasarkan penelitian ilmiah biasanya hasilnya itu bukan pada diagnosis, tapi hasilnya berupa kecenderungan."
"Jadi kecenderungan ini kalau kita memiliki kecenderungan yang besar berarti kita perlu peduli terhadap diri kita. Oh apakah saya punya kecenderungan menuju kesana ya," tegasnya.
Baca juga: Simak 9 Manfaat Puasa Bagi Kesehatan: Meremajakan Sel Sel Tubuh, Menyeimbangkan Kadar Asam dan Basa
Kemudian jika kecenderungan tersebut telah menganggu keberfungsian di kehidupan sehari-hari maka Latus menyarankan untuk segera konsultasi langsung dengan profesional.
"Apabila itu menganggu ke kehidupan sehari-hari dan keberfungsian tadi, akan lebih baik untuk diteruskan ke profesional," kata Latus.
Ia menambahkan, tidak semua tes online dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dari scientists.
Namun ada juga yang sumbernya bukan dari referensi primer.
"Jadi kalau misalkan tes-tes online itu ada yang iseng-iseng berhadiah. Enggak semuanya dibuat berdasarkan ilmu pengetahuan dari scientists. Ada yang dibuat berdasarkan dari buku yang sumbernya bukan dari referensi primer."
"Jadi itu dari buku ke majalah terus kemana. Kita kan enggak tahu orang yang membuat aplikasi ini sumbernya dari mana dan terpercaya tau enggak. Jadi sumber pembuatnya harus diwaspadai," jelasnya.
Baca juga: WHO Bersama Uni Eropa Buat Kerja Sama Baru Dukung Respons Covid-19 dan Sistem Kesehatan di Indonesia
Menyikapi Keberadaan Tes Online
Latus pun memberikan sikapnya terhadap keberadaan tes online ini.
Menurutnya jika tes online tersebut sudah terverifikasi maka identitas konselornya akan bisa dilacak.
Karena profil konselor ini dinilai menjadi hal yang penting.
"Sikap kita terhadap konsultasi online, kalau konselor konsultasi online itu profesional dan terferivikasi, orangnya lulusan dari mana kemudian identitasnya bisa dilacak."
"Kalau Anda ingin melakukan konsultasi online Anda perlu melihat profil yang menjadi konselor anda. Jika itu psikolog apakah itu betul, jadi perlu benar-benar dilacak," ucap Latus.
Baca juga: Soal Temuan Susu Formula Berbakteri, Peneliti: Negara Abai Terhadap Kesehatan Anak
Lebih lanjut Latus menekankan biasanya jika kasusnya darurat dan sifatnya diagnosis maka akan dirujuk untuk bertemu dengan profesional yang ada di lingkungan orang tersebut.
"Jadi ada second opinion yang bertemu langsung dengan orang tersebut," imbuhnya.
Terakhir, Latus menilai tes online untuk mengukur kondisi kesehatan mental boleh dilakukan asalkan digunakan dengan tepat.
"Jadi sikap kita terhadap tes online itu tidak apa-apa untuk dilakukan selama digunakan dengan tepat."
"Namun jika tidak digunakan dengan tepat maka akan membahayakan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.