Indonesia Cukup Sukses Dalam Penanganan Covid-19 kata dr Efriadi Ismail Sp.P
Guna ikut menangani pandemi Covid-19 agar cepat berakhir, penting untuk mendukung program Vaksinasi Berkelanjutan yang kini sedang dikebut
Editor: Toni Bramantoro
Sekali lagi, dr. Efriadi menegaskan, memang ada beberapa penyakit yang harus berhati hati dalam melakukan vaksin.
“Selagi penyakit penyertanya dalam kondisi bagus dan stabil itu bisa di vaksin, tapi sebaiknya harus ada rekomendasi dan di tempat vaksin harus di screening lagi oleh team dokter yang menangani vaksin. Kalo bagus bisa di vaksin,” jelasnya.
Kembali lanjut dr. Efriadi, vaksinasi ini suatu ihtiar dalam rangka mengurangi tingkat keparahan penyakit dan menimbulkan kekebalan penyakit dalam kelompok. Tapi vaksin tidak mencegah 100 persen untuk terkena kembali Covid-19 dan yang terpenting juga perlu mengutamakan prokes 5 M.
“Dengan vaksin menambah kekebalan tubuh, kalau terkena lagi mudah-mudahan derajatnya ringan,” imbuhnya.
Sedangkan terkait adanya beberapa kasus yang menyatakan setelah di vaksin, masih kena lagi, menurut dr. Efriadi, kemungkinan besar pasien sudah terkena Covid-19 sebelum di vaksin.
“Menurut penelitian Komite Kejadian Pasca Vaksinasi, umumnya yang meninggal paska vaksin setelah diselidiki ternyata sebelumnya sudah terkena Covid-19, makanya penting kejujuran dari semua yang mau di vaksin tentang kondisi kesehatan yang sebenarnya,” terang dr. Efriadi.
Masih menurut dr. Efriadi, hingga kini ada 6 merek vaksin yang resmi digunakan di Indonesia, yakni; vaksin buatan PT. Bio Farma (Persero), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
“Sebelum vaksin tersebut masuk ke Indonesia, harus sudah melewati uji klinis dari negara asalnya, dan setelah diterima Biofarma juga harus melewati validitas dari BP POM. Setelah di periksa dan tak ada masalah baru bisa di distribusikan di Indonesia,” ungkap dr. Efriadi.
Terkait hal tersebut, dr. Efriadi mengatakan, vaksinasi ini bukan hal yang baru dalam dunia kesehatan. Awalnya untuk vaksin diutamakanuntuk yang usia 18-59 tahun, tapi sekarang untuk lansia juga bisa. Sedangkan untuk yang usianya masih 18 tahun kebawah, belum direkomendasikan.
Mengakhiri acara NgoBras (Ngobrol Cerdas), Saiful S.H. menyatakan, kita sangat prihatin dengan situasi pendidikan. Karenanya SDM tenaga pendidiknya harus diprioritaskan dan disertakan pemahaman kepada anak-anak untuk imunisasi.
“Agar semua juga paham corona itu begini, bahayanya seperti apa dll, supaya situasi pendidikan jadi kondusif di negara kita. Tentunya, kondusif untuk masa depan generasi penerus,” tutup Saiful SH.
Sejalan dengan Pengamat kebijakan Publik, dr. Efriadi berharap, setelah pelaksanaan vaksin terhadap nakes, pejabat publik, TNI, Polri sudah selesai, selanjutnya tenaga pendidik harus segera di prioritaskan agar kegiatan tatap muka berjalan kembali.
“Pentingnya vaksin ini buat kita semua supaya merata, dan jangan untuk ditakutkan, salah satu ihtiar kita adalah Vaksin, tidak usah pilih pilih vaksin yang mana, sebelum nanti harus bayar. Silahkan vaksin, karena team vaksinasi akan melakukan screening dengan baik dan berlapis lapis,” ungkap dr. Efriadi.
“Bagi yang memiliki penyakit penyerta, apabila masih dalam kondisi stabil, boleh vaksin. Kalo ragu, sebaiknya periksa dulu. Tapi saya rekomendasikan untuk vaksin. Karena dampaknya akan kedepan. Dengan vaksin ini diharapkan nanti ada kekebalan yang terbentuk misalnya dalam satu kelompok. Dan ini mudah-mudahan akan membentuk kekebalan juga pada lainnya setelah cakupan kita sudah 70 persen,” ungkapnya.