Ketahui Lebih dalam Manfaat, Kebutuhan dan Batasan Penggunaan Gula untuk Nutrisi
dampak negatif yang ditimbulkan gula ini bahkan turut menjadi salah satu landasan rencana pemerintah mengenakan cukai pada minuman berpemanis
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Banyak para ahli ilmu kedokteran yang percaya bahwa kandungan dari gula dapat membantu mengobati berbagai macam penyakit.
Kendati gula memiliki banyak manfaat, Prof. Hardinsyah dan Dr. Reta juga menjelaskan, konsumsi gula yang berlebih dapat meningkatkan risiko kelebihan asupan energi dan gangguan kesehatan, sehingga konsumsinya harus tetap dibatasi.
“Berapa batasannya? ada yang menyarankan kurang dari 20 persen (dari total konsumsi), terakhir menyatakan 10%. Kalau yang kurang dari 5 persen itu evidennya lemah,” tutur Prof. Hardinsyah.
Baca juga: 7 Manfaat Alpukat untuk Kesehatan, Dapat Membantu Cegah Osteoporosis
Menurut standar American Health Association (AHA), laki-laki pada umumnya membutuhkan 140 kkal/hari (9 sendok teh) dan perempuan membutuhkan 100 kkal/hari (6 sendok teh).
Chairman Association of Fitness and Sport Nutrition Mury Kuswary, S.Pd., M.Si, menambahkan, konsumsi gula berlebih jika tidak diimbangi aktivitas fisik dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan meningkatkan risiko penyakit diabetes.
Dengan demikian, olahraga menjadi hal yang penting untuk dilakukan secara rutin. Senam aerobik, renang, dan lari merupakan olahraga harian yang ia sarankan.
Namun, data 2013 hingga 2018 yang dikumpulkan di Indonesia memperlihatkan bahwa masyarakat kita kurang bergerak.
"Data tersebut, antara lain, mengungkapkan 200 atlit mengalami penurunan frekuensi latihan dan intensitas pelatihan sebanyak 70 persen,” ungkap Mury.
Dari diskusi ini dapat disimpulkan bahwa gula memiliki banyak manfaat, dan kehadirannya diperlukan oleh tubuh.
Gula hanya akan menimbulkan dampak negatif jika dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa disertai dengan adanya aktivitas fisik untuk mencegah kelebihan berat badan yang kemudian dapat meningkatkan risiko terbentuknya penyakit.
Prof. Hardinsyah mengungkapkanIPTEK pangan, gizi dan kesehatan berkembang pesat, kadang melahirkan kontroversi sebelum ada bukti yang kuat, terbukti dengan berbicara gula bebas tadi pada jumlah tertentu dan cara tertentu.
'Jadi perilaku manusianya, bukan gulanya yang salah. Gula itu baik-baik saja. Manusianya yang salah. Mindset manusianya yang harus diperbaiki. Jadilah produsen dan konsumen yang cerdas dan konsumsilah dengan bijak,” tegasnya.