Penjelasan Psikologi soal Duck Syndrome, Kondisi Pura-pura Bahagia Padahal Tertekan
Pakar Psikologi UNAIR, Margaretha Rehulina mengatakan, duck syndrome, merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena populer.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Whiesa Daniswara
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (FPsi UNAIR) itu menyebutkan, secara umum ada tiga jenis duck syndrome yang sering dialami oleh milenial.
Sementara, cara menghadapi duck syndrome juga berbeda-beda tergantung pada jenis duck syndrome yang dialami.
1. Menipu Diri agar Terlihat Sukses
Duck Syndrome yang pertama sering dialami oleh orang yang menampilkan diri di sosial media terlihat glamor, sukses, dan bahagia.
Padahal di balik itu, dia harus berhutang atau bekerja dengan sangat keras.
Tips menghadapinya adalah dengan lebih jujur untuk dapat menerima diri sendiri. Apa yang dimiliki saat ini adalah hal yang terbaik untuk dirinya.
Tidak perlu berpura-pura dan menipu diri di sosial media untuk menampilkan kesuksesan walaupun sebenarnya itu bukan gambaran dirinya.
“Poinnya adalah menerima diri sendiri agar bisa menjadi pribadi yang otentik,” jelasnya.
2. Struggle Alone
Duck syndrome yang kedua dialami oleh orang yang ingin terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya mereka sedang mengalami banyak masalah.
Jenis duck syndrome ini yang paling berbahaya karena terkait dengan persoalan mood seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.
Adapun tips menghadapinya, yaitu dengan membantu mereka untuk memahami persoalan yang sedang terjadi pada dirinya.
Perlu mengajarkan kepada mereka untuk jangan sungkan meminta bantuan.
Mereka perlu dibantu dengan cara diberi penjelasan mengenai kesehatan mental dan cara mengupayakan agar sehat secara mental.