Ada Kandungan Krimer dan Gula, Ini Bahayanya Kental Manis Saat Dijadikan Pengganti Susu Formula
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru ungkap bahayanya susu kental manis (SKM) saat dijadikan penggnati susu formula bagi anak-anak.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Pandangan di masyarakat bahwa susu kental manis (SKM) bisa menjadi pengganti susu bubuk atau susu formula segera diluruskan.
Apalagi sampai sekarang masih banyak SKM yang dikemas seolah-olah sebagai susu, padahal sebenarnya SKM berfungsi sebagai pelengkap makanan dan bukan merupakan susu yang baik untuk dikonsumsi secara rutin setiap harinya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy S mengatakan, jika dilihat dari komposisi yang ada dalam kemasan SKM terdapat beberapa bahan yang patut dipertanyakan yaitu skim atau krimer dan gula.
Baca juga: Susu Kental Manis dalam Kreasi Menu Roti Gulung, Wajib Coba!
"Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua, terutama terkait konsumsi gula pada anaknya. Terlebih, dalam SKM terdapat gula yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak," kata dr Zaini Rizaldy S saat Orientasi Kader Gerakan Aisyiyah Sehat (GRASS): Untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Kota Pekanbaru Riau Tahun 2022 belum lama ini.
Orang tua juga perlu menjelaskan ke anak-anaknya bahwa ada susu yang banyak gulanya, ada yang memang susu untuk anak.
"Jangan sampai salah kasih susu, memang sama-sama susu tapi kalau tidak tepat penggunaannya bisa membahayakan. Seperti susu kental manis ini memang biasanya terpengaruh iklan, dan kita tidak lihat komposisinya bagaimana," kata Zaini.
Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI), Arief Hidayat mengatakan, berdasarkan survei yang dilakukannya, ia menemukan fakta bahwa banyak anak usia 3 hingga 5 tahun yang rutin diberikan SKM mengalami gizi buruk.
"Saat SKM yang terjadi adalah tidak ada niat makan yang lain karena kenyang terus sehingga itu berbahaya pada tubuh jika dikonsumsi setiap hari," tutur Arief.
Bahkan, pengamat kesehatan sekaligus peneliti itu menyebutkan, bukan tidak mungkin kebiasaan konsumsi SKM seduh ini jadi kendala penanganan stunting.
"Jika semua anak minum SKM, saya yakin stuntingnya nggak akan turun-turun, karena faktor gizi berpengaruh," pungkas dr Arief.
Baca juga: YAICI Temukan Persepsi Masyarakat Sumatera Utara Keliru tentang Imunisasi dan Susu
Pemerintah melalui BKKBN saat ini juga tengah gencar melakukan berbagai program guna penurunan angka stunting di indonesia menjadi 14 persen di tahun 2024.
Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Muhammad Jamil menyampaikan keinginannya Kota Pekanbaru bebas stunting.
"Kalau tidak bisa zero minimal di angka 6 persen . Memang stunting harus dikeroyok, kita tidak bisa bekerja sendiri. Makanya kita bentuk tim untuk pencegahan stunting di Kota Pekanbaru," jelas Muhammad Jamil di Pekanbaru beberapa waktu lalu.