WHO Imbau Wisatawan Global Pakai Masker, Varian Baru Covid-19 Mulai Menyebar Cepat
WHO mengeluarkan himbauan kepada seluruh pelancong global agar memakai masker karena varian Covid-19 baru mulai menyebar dengan cepat.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Badan Kesehatan Dunia (WHO) Selasa (10/1/2023) kemarin mengeluarkan himbauan kepada seluruh pelancong global agar memakai masker karena varian Covid-19 baru mulai menyebar dengan cepat.
“Di Eropa, subvarian XBB.1.5 terdeteksi dalam jumlah kecil tetapi terus bertambah,” kata Catherine Smallwood, pejabat WHO untuk Eropa dalam konferensi pers.
Smallwood juga merekomendasikan penumpang di dalam pesawat untuk penerbangan jarak jauh supaya tetap menggunakan masker.
"Ini harus menjadi rekomendasi yang dikeluarkan untuk penumpang yang datang dari mana saja,” katanya.
Dia juga menambahkan bahwa negara-negara di dunia harus menyusun langkah-langkah efektif untuk menekan penyebaran subvarian Omicron XBB.1.5.
Varian Baru
Dikutip dari Reuters, XBB.1.5 merupakan turunan lain dari Omicron, varian virus penyebab Covid-19 yang paling menular dan sekarang dominan secara global.
Subvarian ini merupakan mutasi dari XBB, pertama kali terdeteksi pada Oktober tahun lalu, yang merupakan rekombinan dari dua subvarian Omicron lainnya.
Baca juga: Menkes Sebut Tidak Usah Pakai Masker Jika Sehat, Ahli Berpendapat Masih Perlu
Kekhawatiran tentang XBB.1.5 yang memicu serentetan kasus baru di Amerika Serikat dan sekitarnya terus meningkat di tengah lonjakan kasus Covid di China, setelah negara tersebut melonggarkan kebijakan "nol Covid" khasnya bulan lalu.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO awal bulan ini, analisis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menunjukkan dominasi sublineage Omicron BA.5.2 dan BF.7 di antara infeksi yang didapat secara lokal.
Baca juga: PPKM Dicabut, Warga Diimbau Tetap Pakai Masker, Satgas Covid-19 Aktif Monitoring
Di saat China mulai menghadapi lonjakan kasus Covid-19, banyak ilmuwan termasuk dari WHO percaya bahwa negara itu kemungkinan besar telah memanipulasi data terkait Covid-19 yang dibagikan.
“WHO menyadari bahwa definisi kasus dari apa yang dianggap sebagai kematian akibat Covid-19 di China sempit dan belum tentu definisi kasus yang direkomendasikan WHO diadopsi oleh negara-negara lain," pungkas Smallwood.