Kenali Kondisi Stunting Pada Anak, Tinggi Badan di Bawah Standar
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tanda-tanda anak mengalami gangguan pertumbuhan atau stunting sebenarnya mudah dikenali. Yang paling umum adalah tinggi badan anak di bawah standar.
“Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang," kata dokter spesialis anak Ananta Fittonia Benvenuto.
"Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar," ujarnya di acara edukasi gizi Donone untuk masyarakat di sekitar TPA Kebon Kongok dalam Rangka Hari Gizi Nasional, Lombok, (9/2/2023).
Ananta menjelaskan, kondisi stunting jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi stunting pada anak dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
"Peringatan Hari Gizi Nasional merupakan salah satu momentum yang tepat untuk mendukung memperbaiki gizi dengan mengedukasi masyarakat dalam pemenuhan asupan protein hewani," jelasnya.
Dikatakan Ananta, asupan tersebut memiliki peran besar menurunkan risiko stunting. Terlebih lagi Lombok memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, diantaranya Nyale (cacing laut), pangan laut (seperti ikan, udang, cumi-cumi, kerang), ayam, telur, daging sapi dan susu sapi.
Dia menekankan, asupan gizi yang tidak optimal menimbulkan masalah gizi pada anak. "Asupan protein hewani dan zat besi menjadi salah satu elemen kunci dalam optimalisasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting," jelasnya.
Selain status gizi yang buruk, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan masih tingginya angka stunting di Indonesia.
Lingkungan yang tidak higienis, buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan, serta infeksi penyakit juga bisa mengakibatkan stunting pada anak.
Baca juga: Gejala Stunting: Pertumbuhan Anak Melambat dan Berat Badan Tidak Bertambah
Dokter Ananta menjelaskan, Selain asupan makan yang bergizi seimbang kaya protein hewani, stunting juga bisa dipengaruhi pola asuh, sanitasi serta juga budaya atau kebiasaan masyarakat setempat.
"Terlebih lagi bagi anak-anak yang tinggal di daerah yang rentan terpapar infeksi seperti di TPA yang merupakan sumber utama polusi tanah, udara, sumber air dangkal dan sanitasi," tambahnya.
Anak-anak yang berada di lingkungan rentan terpapar penyakit infeksi seperti di TPA perlu dipastikan mendapat asupan makanan dengan gizi seimbang dan kaya protein hewani mengingat protein memainkan peran penting dalam memberi kekuatan pada sel T atau limfosit T tubuh, salah satu jenis sel darah putih yang bertugas melawan infeksi, baik bakteri maupun virus penyebab penyakit.
Baca juga: Ibu Hamil, Yuk Persiapkan Kualitas ASI untuk Cegah Stunting Sedini Mungkin!
"Jika anak kekurangan asupan protein, maka akan menjadi lebih lemah dan rentan terkena penyakit. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya protein hewani agar daya tahan tubuh anak tetap kuat sehingga nutrisi bisa optimal mendukung tumbuh kembangnya," ungkapnya.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, bisa juga dipertimbangkan untuk memberikan sumber nutrisi yang difortifikasi dengan kombinasi unik Zat Besi & Vitamin C agar si Kecil bisa tumbuh maksimal.