Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Kesehatan

Punya Penyebaran Serupa HIV, Penyebaran Monkeypox Terjadi Pada Kelompok Tertutup

Penyebaran penyakit Monkeypox hampir serupa dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus). penyebaran virus Monkeypox terjadi pada kelompok tertutup.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Punya Penyebaran Serupa HIV, Penyebaran Monkeypox Terjadi Pada Kelompok Tertutup
freepik
Monkeypox atau cacar monyet 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengonfirmasi tambahan satu kasus baru cacar monyet atau Monkeypox.

Terkait hal ini, Pakar Ahli kesehatan masyarakat sekaligus epidemiolog Dicky Budiman ungkap penyebaran penyakit Monkeypox hampir serupa dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Baca juga: Monkeypox Muncul Lagi di Indonesia,Mungkinkah Mewabah Lagi? Yuk Ingat Kembali Cara Pencegaha

Karenanya, penyebaran virus Monkeypox terjadi pada kelompok tertutup.

"Data global juga bisa kita lihat dalam konteks Indonesia kelompok tertutup ini perlu dijangkau," kata Dicky pada Tribunnews, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Kasus Monkeypox Muncul di Jakarta, Pakar Imbau Tak Perlu Panik, Penyebarannya Persis HIV

Oleh karena itu, Dicky mengungkapkan jika perlu upaya untuk meningkatkan literasi pada kelompok berisiko tinggi.

"Khususnya pada daerah yang juga hampir sama seperti halnya tren yang sama kita lihat misal penyakit HIV," kata Dicky lagi.

Monkeypox atau cacar monyet
Monkeypox atau cacar monyet (freepik)
Berita Rekomendasi

Untuk upaya pengendalian Monkeypox ini, kata Dicky bisa mengikuti mekanisme HIV.

Karena walau Monkeypox cenderung bisa pulih, namun tetap dapat bersifat mengancam pada kelompok tertentu.

"Namun apa bila ini menimpa pada kelompok yang terganggu imunitas seperti penderita HIV in akan berdampak serius," tegasnya.

Selain edukasi, perlu dilakukan literasi untuk mengurangi stigma.

Sama seperti penyanyi HIV, Monkeypox juga punya stigma yang erat.

Padahal, stigma ini bisa menghalangi upaya penjangkauan kasus, sehingga penanganan jadi tidak optimal dilakukan.

"Termasuk mengurangi adanya stigma. Ini penting," ujarnya.

Langkah terakhir yang penting dilakukan adalah meningkatkan surveilans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas