Guru Besar FKUI Tegaskan Vape Tidak Efektif untuk Membuat Orang Berhenti Merokok
Salah satu alasan penggunaan Vape sendiri adalah sebagai sarana untuk berhenti rokok konvensional. Padahal hal ini menurut dokter tidaklah efektif.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengguna rokok elektrik atau yang sering dikenal dengan vape ini terus alami peningkatan.
Dalam rentang 10 tahun yaitu sejak 2011-2021 prevalensi perokok vape pada usia 15 tahun ke atas adalah 3 persen atau 10 kali lipat.
Baca juga: Pengguna Rokok Elektrik Meningkatkan 10 Kali Lipat, Ketahui Tiga Kandungan Bahaya di Dalamnya
Hal ini disampaikan oleh Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K).
Salah satu alasan penggunaan Vape sendiri adalah sebagai sarana untuk berhenti rokok konvensional.
Menurut dr Agus, vape menurutnya tidak efektif membuat orang berhenti merokok konvensional.
Lebih lanjut ia menjelaskan setidaknya ada delapan syarat yang harus dipenuhi.
Baca juga: Waspada, Ini Penyakit yang akan Muncul Jika Anak Terpapar Rokok Elektrik
Pertama, vape bisa membuat seseorang berhenti menggunakan rokok konvensional.
"Faktanya dual user (perokok konvensional dan perokok elektrik) kita tinggi,"ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa (9/1/2024).
Kedua, tidak digunakan secara terus-menerus. Faktanya, kata dr Agus kalau pun rokok konvensional berhenti, vape elektrik tetap digunakan seterusnya.
Ketiga memperbaiki atau membantu mereka yang ingin berhenti merokok.
"Ternyata bukti ilmiah berbagai jurnal tidak terbukti 100 persen membuat berhenti merokok. Mungkin 70 persen tidak berhasil sehingga tidak terbukti efektif," tegasnya.
Keempat, tidak boleh dipakai kalau menimbulkan risiko baru.
Berdasarkan berbagai penelitian dan temuan, rokok elektronik terbukti memberikan bahaya kesehatan meski tidak ada tar.